Copenhagen,Traveling ke Copenhagen, Denmark sebagai kota paling ramah lingkungan di
Eropa menjadi pengalaman tak terlupakan. Bukan karena keindahan
kotanya, namun karena kecopetan di sana. Duh!
Siapa yang
menyangka bahkan di Negara Skandinavia yang dibilang "mahal" dan tingkat
kehidupan tinggi, copet masih berkeliaran di mana-mana. Termasuk di
ibukota Denmark, Copenhagen.
Kota ini memiliki situs menarik dan
seru untuk dikunjungi. Seperti Tivoli, salah satu taman hiburan tertua
yang berdiri pada tahun 1843. Taman ini terletak di dekat stasiun pusat
Kota Copenhagen. Tivoli memiliki berbagai atraksi untuk dinikmati,
pertunjukan tari, serta kastil-kastil yang unik ada di sini. Pada malam
hari, tempat ini dihiasi dengan ribuan cahaya lampu dan lampion yang
makin memeriahkan suasana hiburan. Saat musim panas, biasanya terdapat
konser terbuka di setiap hari Jumat. Sedangkan saat musim dingin
tepatnya bulan Desember, kota ini menyelenggarakan pasar Natal.
Dari
Tivoli perjalanan saya berlanjut ke Nyhavn. Pelabuhan tua ini
dikelilingi rumah-rumah berwarna-warni dan kapal-kapal tua yang antik.
Selain menikmati keindahan pelabuhan, para turis juga bisa menikmati
pemandangan Kota Copenhagen dengan menggunakan tur kapal ferry.
Saat
musim panas, sinar matahari di Eropa sangat menyengat. Sehingga lilin
pajangan berbentuk eskrim pun terlihat menggiurkan. Jadilah kami mampir
membeli eskrim lalu lanjut berjalan kaki menuju Amalienborg Palace,
kediaman resmi Ratu Margaret II. Situasi di sekitar istana ini tidak
begitu ramai, hanya tampak beberapa penjaga istana. Berhubung saya usil,
saya coba untuk foto bareng dengan sang penjaga.
Tapi tiba-tiba
salah satu penjaga istana berbicara bahasa Denmark," brrrbrbrbblala".
Ternyata maksudnya adalah jangan terlalu dekat mengambil fotonya.
Daripada saya ditangkap, lebih baik saya patuhi saja. Sehingga setelah
beberapa meter jarak saya dari penjaga, teman saya mengambil foto.
Puas
berkeliling halaman istana dan ditegur penjaga istana karena terlalu
dekat mengambil foto, kami berencana ke pusat perbelanjaan di Copenhagen
untuk membeli oleh-oleh. Ketika sedang asyik memilih kartu khas
Denmark, saya melihat tas sudah setengah terbuka. Tidak curiga, saya
langsung ke kasir untuk membayar belanjaan.
Puas berbelanja, saya
langsung pulang ke rumah teman saya dan beristirahat sebentar lalu
membongkar barang bawaan. Saat itulah saya tersentak kaget, karena tidak
menemukan handycam. Langsung mengingat kejadian di toko souvenir,
ketika tas setengah terbuka, saya sadar telah menjadi korban tangan
jahil yang berlalu lalang di pusat Kota Copenhagen. Pada akhirnya, saya
cuma bisa meringis dan bersyukur, setidaknya bukan paspor dan dompet
saya yang diambil.
Sumber : detik.com
Blogger Comment
Facebook Comment