Jakarta, Dunianews.Net - Dengan Nintendo Switch, tentu Nintendo
berharap bisa kembali bersaing di kancah penjualan perangkat game konsol
yang saat ini dikuasai oleh PlayStation 4 dan Xbox One. Lalu apa kata
para analis?
Mengusung konsep konsol hybrid, jelas Nintendo selain ingin melawan PS 4 dan Xbox One juga mengincar gamer kasual yang terbiasa main game mobile, terlepas dari statusnya sebagai konsol rumahan. Paling tidak itulah yang ada di benak seorang Piers Harding-Rolls, Head of Games Research IHS.
"Trailer Nintendo Switch mengungkap positioning dari produk, di mana disiapkan untuk bertahan dari gempuran game smartphone dan tablet, namun sekaligus mengincar peluang untuk menggaet gamer konsol tradisional yang mencari solusi gaming di layar besar," ujar Piers.
Menurut pengamatan Piers dari trailer, terlihat target pasar Nintendo dengan Switch adalah kaum muda. Nintendo juga diprediksi akan memfokuskan pemasaran pada gamer konsol tradisional dan juga pasar yang gemar main game di mana saja.
"Untuk bisa sukses dengan tipikal gamer yang dimaksud, penawaran harus termasuk judul game third-party yang juga mendukung di platform lain. Nintendo sudah membuang kontroler sensor gerak di Switch dan mengganti dengan kontroler tradisional. Diduga Nintendo mulai serius untuk mendapatkan publisher game third-party untuk mendukung platform dengan judul game multi-platform," ujar Piers panjang lebar.
Ya, tak dipungkiri apa yang dikatakan oleh Piers, bahwa dukungan ekosistem game sangat diperlukan dan menentukan kesuksesan sebuah perangkat konsol game. Dulu, ketika Wii U diluncurkan Nintendo hanya memiliki daftar publisher yang diajak kerjasama sebanyak 21 publisher.
Di Switch, Nintendo memperbanyak menjadi 50 publisher. Selain judul game, Piers juga menyarankan agar Nintendo mampu memberikan pesan yang tepat kepada konsumennya, jika ingin mempertahankan kemitraan dengan penyedia third-party.
"Mereka harus memberikan pesan yang jelas. Saat ini yang menjadi concern saya ini tak lain hanya perangkat tablet yang diberikan kontroler," pungkas Piers, dikutip detikINET dari Games Industry, Jumat (21/10/2016).
Lain Piers, lain pula pendapat yang dikemukakan Dr. Serkan Toto. Analis yang memiliki spesialis di pasar mobile Asia ini memiliki pendapat yang cukup skeptis terhadap peluang Nintendo Switch untuk skses.
"Maaf tapi apakah sebuah perangkat portabel atau konsol rumahan benar-benar sesuatu yang inovatif di tahun 2016? Saya sebenarnya sangat concern pada target dari perangkat ini. Siapa lagi selain fans berat Nintendo yang mau membeli Switch?," ujarnya.
Menurut Toto, Nintendo Switch tidak memiliki fitur andalan. "Aku pikir akan berat bagi Nintendo untuk memenangkan hati gamer kasual yang saat ini sudah berpindah ke mobile," ujar Toto lagi.
Ia pun memberi contoh jika di Jepang, sektor game mobile dua sampai tiga kali lebih besar dari konsol. "Bahkan PlayStation 4 berjuang keras di sini. Akan menjadi tantangan yang besar untuk bisa membalikkan tren itu," pungkas Toto.
Mengusung konsep konsol hybrid, jelas Nintendo selain ingin melawan PS 4 dan Xbox One juga mengincar gamer kasual yang terbiasa main game mobile, terlepas dari statusnya sebagai konsol rumahan. Paling tidak itulah yang ada di benak seorang Piers Harding-Rolls, Head of Games Research IHS.
"Trailer Nintendo Switch mengungkap positioning dari produk, di mana disiapkan untuk bertahan dari gempuran game smartphone dan tablet, namun sekaligus mengincar peluang untuk menggaet gamer konsol tradisional yang mencari solusi gaming di layar besar," ujar Piers.
Menurut pengamatan Piers dari trailer, terlihat target pasar Nintendo dengan Switch adalah kaum muda. Nintendo juga diprediksi akan memfokuskan pemasaran pada gamer konsol tradisional dan juga pasar yang gemar main game di mana saja.
"Untuk bisa sukses dengan tipikal gamer yang dimaksud, penawaran harus termasuk judul game third-party yang juga mendukung di platform lain. Nintendo sudah membuang kontroler sensor gerak di Switch dan mengganti dengan kontroler tradisional. Diduga Nintendo mulai serius untuk mendapatkan publisher game third-party untuk mendukung platform dengan judul game multi-platform," ujar Piers panjang lebar.
Ya, tak dipungkiri apa yang dikatakan oleh Piers, bahwa dukungan ekosistem game sangat diperlukan dan menentukan kesuksesan sebuah perangkat konsol game. Dulu, ketika Wii U diluncurkan Nintendo hanya memiliki daftar publisher yang diajak kerjasama sebanyak 21 publisher.
Di Switch, Nintendo memperbanyak menjadi 50 publisher. Selain judul game, Piers juga menyarankan agar Nintendo mampu memberikan pesan yang tepat kepada konsumennya, jika ingin mempertahankan kemitraan dengan penyedia third-party.
"Mereka harus memberikan pesan yang jelas. Saat ini yang menjadi concern saya ini tak lain hanya perangkat tablet yang diberikan kontroler," pungkas Piers, dikutip detikINET dari Games Industry, Jumat (21/10/2016).
Lain Piers, lain pula pendapat yang dikemukakan Dr. Serkan Toto. Analis yang memiliki spesialis di pasar mobile Asia ini memiliki pendapat yang cukup skeptis terhadap peluang Nintendo Switch untuk skses.
"Maaf tapi apakah sebuah perangkat portabel atau konsol rumahan benar-benar sesuatu yang inovatif di tahun 2016? Saya sebenarnya sangat concern pada target dari perangkat ini. Siapa lagi selain fans berat Nintendo yang mau membeli Switch?," ujarnya.
Menurut Toto, Nintendo Switch tidak memiliki fitur andalan. "Aku pikir akan berat bagi Nintendo untuk memenangkan hati gamer kasual yang saat ini sudah berpindah ke mobile," ujar Toto lagi.
Ia pun memberi contoh jika di Jepang, sektor game mobile dua sampai tiga kali lebih besar dari konsol. "Bahkan PlayStation 4 berjuang keras di sini. Akan menjadi tantangan yang besar untuk bisa membalikkan tren itu," pungkas Toto.
Sumber : detik
Blogger Comment
Facebook Comment