Surabaya - Siapa sangka kuning telur berkhasiat sebagai penghambat pertumbuhan virus flu burung
atau Avian Influenza (AI) pada hewan ternak. Hal itu berdasarkan
penelitian ahli virologi dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH)
Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Suwarno.
Berdasarkan
studi tersebut, ia kemudian menciptakan dua produk yang dinamai
anti-hemaglutinin antibody (AHA) dan anti-neuraminidase antibody (ANA).
"Kedua jenis obat itu bisa menghambat dan mematikan pertumbuhan virus
AI yang sudah menjangkiti hewan ternak. Obat AHA dan ANA adalah bentuk
alat terapi yang kita ekstrak dari kuning telur," tutur Suwarno di
Surabaya, Kamis, 6 April 2017.
Ia menerangkan, ekstrak kuning telur itu diambil ketika dalam fase menjelang bertelur pada dua kelompok ayam yang terinfeksi virus flu burung. Selanjutnya, kedua kelompok ayam tersebut diberi vaksinasi AI.
Kelompok pertama diimunisasi dengan protein hemaglutinin dari virus
AI, sedangkan kelompok kedua diimunisasi dengan protein neuraminidase
dari virus yang sama. Setelah kelompok ayam itu bertelur, ia
mengekstrak telur dan hanya mengambil kuning telur.
"Setelah
diekstrak, diambil antibodi dan melakukan pemurnian protein. Pemurnian
hemaglutinin dan neuraminidase diformulasi dan ditambah dengan kolostrum
(susu dari sapi yang keluar pertama kali), beberapa jenis vitamin,
mineral, dan asam amino. Dari situlah, produk bernama AHA dan ANA
bermula," tutur dia.
Suwarno mengungkapkan, cara pemberian obat cukup disemprotkan ke
dalam paruh ayam dengan dosis sekitar 1 ml. Apabila diberikan maksimal
dua hari sejak virus flu burung
menginfeksi tubuh ayam, obat AHA dan ANA dapat menghambat 80 hingga 100
persen pertumbuhan virus AI. Dengan begitu, ayam bisa selamat dari
kematian.
"Kedua jenis obat tersebut memiliki fungsi yang
berbeda. Obat AHA digunakan untuk mencegah menempelnya virus AI ke dalam
sel. Sedang obat ANA digunakan untuk mencegah keluarnya virus AI dari
sel," ujar dia.
Sumber : Liputan6.com
Blogger Comment
Facebook Comment