AS: Pengekangan Kebebasan Beragama Ganggu Stabilitas Tajikistan

G+


Dushanbe, - Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton memperingatkan Tajikistan, Minggu (23/10) bahwa upaya untuk menindak keras terhadap kebebasan beragama dapat mengancam stabilitas di negara itu.
Hillary Clinton, yang telah bertemu dengan Presiden Tajikistan Imomali Rakhmon dalam lawatan untuk menyampaikan terima kasih pada dua negara Asia Tengah (Tajikistan dan Uzbekistan) karena kerja sama mereka dalam perang pimpinan AS di tetangga mereka Afghanistan, mengatakan kebebasan beragama terkait dengan keamanan masa depan kawasan itu.

"Saya tidak setuju dengan pembatasan terhadap kebebasan beragama dan sama-sama merasaka kekhawatiran itu," kata Hillary Clinton pada konferensi pers setelah pertemuan dengan Rakhmon.

Ia mengatakan upaya untuk mengatur agama "dapat mendorong ekspresi beragama yang sah ke bawah tanah, dan hal itu dapat menimbulkan banyak kerusuhan dan ketidakpuasan".

Menyusul kunjungan ke Afghanistan dan Pakistan, Hillary Clinton melakukan persinggahan pertama (di Tajikistan) dari lawatan ke Asia Tengah. Ia akan mengunjungi Uzbekistan dan bertemu dengan Presiden Islam Karimov Sabtu malam.

Karimov dan Rakhmon telah bertindak untuk membatasi kebebasan beragama di negara mereka sendiri, yang masih di bawah pemerimtah otoritarian dua dasawarsa setelah kedua negara itu muncul dari bubarnya Uni Soviet.

Tajikistan, negara 7,5 juta orang yang sebagian besar beragama Islam, telah memperkenalkan undang-undang pada Agustus lalu untuk melarang para pemuda bersembahyang di masjid, gereja atau tempat agama lainnya, tindakan yang telah dikritik oleh para pemimpin agama di negara bekas Soviet itu.

Rakhmon, berkuasa sejak 1992, mengatakan tindakan keras tersebut dibutuhkan untuk menghentikan meluasnya fundamentalisme agama di negara miskin yang membagi perbatasan sepanjang 1.340 kilometer yang keropos dengan Afghanistan itu.

"Anda harus melihat konsekuensinya," kata Hillary Clinton. "Kami mengharapkan akan ada pemikiran kembali mengenai pembatasan yang dimajukan, karena kami pikir itu akan meningkatkan simpati pada pendapat ekstremis yang dapat berbalik mengancam stabilitas dan keamanan negara ini."

Pemerintah sekuler Rakhmon yang didukung Moskow telah bentrok dengan oposisi Islam dalam perang saudara 1992-97, dimana puluhan ribu orang tewas.

Presiden itu telah mengabaikan permintaan sebelumnya dari Barat untuk menghormati kebebasan kata hati. Ia telah memerintahkan para siswa pulang dari sekolah-sekolah agama di luar negeri dan mengawasi ketat terhadap kecenderungan yang meningkat pada busana Islami.

Beberapa pejabat AS mengatakan lawatan Hillary Clinton ke Asia Tengah, lawatan keduanya ke kawasan itu dalam kurang dari 12 bulan, dimaksudkan sebagian besar untuk berterima kasih pada Tajikistan dan Uzbekistan atas bantuan mereka dengan konflik Afghanistan.(Ant/Rtr)
Follow Us :

About Ambar Syahputra Siregar

    Blogger Comment
    Facebook Comment