(Analisa/ferdy)
Seorang mahasiswa dari GMNI menggelar orasi di persimpangan Jalan Balai
Kota dengan Raden Saleh sambil membakar ban, Kamis (29/3). Aksi
menentang keras kenaikan harga BBM ini sempat memacetkan sejumlah ruas
jalan.
|
Medan (DuniaNews) - Seribuan
massa yang tergabung dalam Front Mahasiswa Sumatera Utara (FROM-SU)
memblokir persimpangan Jalan Halat, Sisingamangaraja dan Juanda menolak
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL),
Kamis (29/3) siang. Akibatnya, jalanan mengalami kemacetan dan pengguna
jalan raya harus mencari jalur alternatif.
Menurut massa, dengan
kenaikan harga BBM dan TDL otomatis mendorong kenaikan harga pangan,
biaya pengobatan, transportasi, pendidikan, perumahan dan konsumsi.
Tentu saja ini memengaruhi daya beli rakyat. Dengan berdalih penghematan
anggaran belanja negara lewat pemangkasan subsidi BBM dan TDL,
pemerintah telah mengorbankan hak rakyat untuk mendapatkan penghidupan
layak.
Sembari membakar ban, mahasiswa juga mengelilingi persimpangan dengan membentuk lingkaran sambil terus berorasi dan membentangkan spanduk-spanduk berisi kecaman kepada pemerintah yang dianggap tak peduli dengan masyarakat. Selain itu, mereka menuding kebijakan rezim SBY-Boediono untuk menarik subsidi BBM dan TDL akan berakibat melonjaknya harga-harga khususnya BBM dan TDL. Keadaan ini mempertegas keduanya dan elit politik borjuasi hanya berpihak pada kepentingan kaum modal internasional. "Menaikkan harga BBM dan TDL sama artinya mencabut anggaran subsidi rakyat pada konsumsi enerji. Tentu saja semakin menambah beban hidup rakyat. Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM dan TDL merupakan rute kebijakan menyelamatkan krisis kapitalisme dengan mengorbankan rakyat sebagai tumbal," teriak massa. RUU Perguruan Tinggi Selain menolak kenaikan harga BBM dan TDL, masing-masing perwakilan massa berkumpul dan menggunakan pengeras suara, juga menolak rancangan Undang-undang perguruan tinggi, menolak kenaikan harga kebutuhan pokok, meminta pemerintah memberi kesehatan gratis untuk rakyat. "Hentikan refesitas dan tindakan kekerasan TNI-Polri terhadap gerakan rakyat, menghentikan perampasan tanah rakyat, memberikan upah layak nasional, memberikan kebebasan berekspresi, berpendapat dan berorganisasi di kampus," kata massa. Di samping berorasi menyampaikan pernyataan sikap, massa juga menyanyikan lagu-lagu kemerdekaan serta terus membentuk lingkaran persis di tengah persimpangan jalan. Usai menjalankan aksinya di persimpangan jalan, massa melanjutkan dengan long march ke jalan-jalan sekitar termasuk mengelilingi Stadion Teladan. Menanggapi unjuk rasa mahasiswa tersebut, masyarakat menyambut baik dan menghargai perjuangan untuk menolak kenaikan harga BBM. Tetapi warga khususnya pengguna jalan juga berharap aksi yang dilakukan jangan sampai mengganggu aktifitas masyarakat lain. Mahasiswa Cap Keluarga besar Universitas Dharma Agung (UDA) dan mahasiswa Unika, mulai memperlihatkan dukungannya atas aksi-aksi demonstrasi oleh rekan-rekan mereka dari universitas lain dalam menyikapi keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM yang mulai berlaku 1 April mendatang. Dalam aksi mereka di persimpangan Jalan TD Pardede-Jalan S Parman dan persimpangan Jalan HZ Arifin-Jalan S Parman, Kamis (29/3) puluhan mahasiswa UDA selain membakar ban bekas, dalam orasinya sangat mengecam keras pemerintahan SBY-Boediono yang telah mengabaikan rakyatnya demi kepentingan neoliberalisme dan kapitalisme. Mencap pemerintahan SBY-Boediono sebagai pemerintahan yang tolol dan galau. Mereka juga siap menentang dan berargumen dengan pemerintah mengenai kebijakannya menaikkan harga BBM yang bakal semakin menyengsarakan rakyatnya sendiri. Mereka menuntut agar pemerintahan SBY-Boediono segera turun dari tampuk kekuasaan, karena menurut para mahasiswa pemerintahan saat ini adalah pemerintahan yang mandul. Mereka berencana akan terus menggelar aksinya sampai harga BBM batal dinaikkan pemerintah. Keluarga besar mahasiswa UDA juga sangat menyayangkan sikap, pemerintahan daerah Sumut, baik itu legislatif maupun yudikatif, karena sampai saat ini belum menentukan sikap apakah menerima atau menolak keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Dalam aksinya yang nyaris terjadi gesekan dengan polisi karena menolak kehadiran petugas keamanan tersebut, massa mahasiswa UDA juga mengutuk keras aksi kekerasan yang dilakukan polisi terhadap pengunjuk rasa maupun wartawan yang tengah menjalankan tugas peliputan dalam rangka menyampaikan aspirasi mahasiswa dan elemen masyarakat tentang kenaikan harga BBM. Sementara dalam aksi mereka di persimpangan Jalan Setia Budi-Jalan Ringroad, selain membakar ban-ban bekas dan berorasi perihal penentangan-penentangan mereka atas keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, para mahasiswa juga sempat menyandera satu mobil box Pertamina dan satu truk pengangkut gas elpiji. Tidak satu pun dari aksi para mahasiswa berbuntut anarki. Mobil Boks Satu unit mobil boks berlogo Pertamina dibajak mahasiswa selama satu jam di simpang Setia Budi di Jalan Ngumban Surbakti Medan, Kamis (29/3) siang. Sejumlah titik jalanan Kota Medan macet. Pantauan Analisa di lapangan, aksi yang berlangsung mulai pukul 10.00 WIB hingga 14.00 WIB itu dipelopori dari berbagai lembaga kemahasiswaan. Lembaga tersebut Perhimpunan Mahasiswa Republik Indonesia (PMRI). Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), Unika dan Persatuan Politik Rakyat Miskin (PPRM) Sumut. Selain itu, unjuk rasa juga berlangsung di Jalan Hindu Medan. Uniknya, demonstrasi penolakan kenaikan BBM di depan Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan itu diwarnai aksi kuda lumping. Tak jauh dari LBH Medan juga digelar unjuk rasa di depan Lapangan Merdeka Jalan Bali Kota Meda. Kemudian di depan Taman Makam Pahlawan di Jalan Sisingamangaraja Medan yang dipelopori mahasiswa dari Institut Teknologi Medan (ITM) dan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Aksi diwarnai dengan pembakaran ban dan orasi-orasi penolakan kenaikan harga BBM. Akibatnya, terjadi kemacetan lalulintas di sejumlah titik di Medan, yakni Jalan Ahmad Yani, Jalan Stasiun Kereta Api dan Jalan Merak Jingga, simpang Jalan Halat dan simpang Setia Budi serta sejumlah jalan lainnya. Sebelumnya, Selasa hingga Rabu kemarin gelombang demonstrasi sempat berkurang namun ssaat ini mulai kembali marak. Unjuk rasa yang didominasi mahasiswa dan lembaga non pemerintah tersebut berlangsung aman dan damai. (hen/wan/iqb)
Sumber : Analisadaily
|
Blogger Comment
Facebook Comment