Pekanbaru (Dunianews) - Usai sudah perhelatan PON XVIII. Setelah
hampir dua pekan penuh dengan perebutan medali, pemecahan rekor, serta
berbagai kontroversi di dalam dan luar arena, ajang olahraga nasional
tersebut resmi ditutup.
"Dengan mengucap Alhamdulillah,
perhelatan PON XVIII saya nyatakan resmi ditutup," kata Wakil Presiden
RI Boediono, yang hadir didampingi sang istri, Herawati Boediono. Ia dan
juga Gubernur Riau, Rusli Zainal, memberikan beberapa patah kata
sambutan dalam upacara penutupan, Kamis (20/9/2012).
Bertolak
belakang dengan pembukaan, di acara penutupan kali ini tidak banyak
penonton yang menunggu di luar stadion. Tribun atas stadion digratiskan
untuk penonton. Sementara, tribun bawah diberlakukan tiket masuk sebesar
Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu. Kapasitas 43.000 tempat duduk di stadion
pun terisi penuh.
Panitia PON XVIII sebelumnya memang
menjanjikan upacara penutupan yang lebih meriah. Dengan melibatkan 2.500
orang seniman dan pelajar, berbagai tarian hingga hiburan pun digelar.
Lagu "Selayang Pandang" didendangkan. Parade atlet melambai ramah kepada
penonton, dan permintaan maaf pun dihaturkan oleh Rusli Zainal, terkait
berbagai kekurangan selama penyelenggaraan.
"Di sana-sini
mungkin masih banyak kesalahan dan keluhan. Oleh karenanya, mewakili
segenap masyarakat Riau, saya memohonkan permintaan maaf," ucapnya.
Manajemen
PON XVIII mendapat sorotan deras. Selain arena-arena yang belum rampung
hingga beberapa hari sebelum dimulainya pembukaan, ada juga masalah
belum tuntasnya wisma atlet menjelang gelaran. Sampai saat Boediono
melakukan kunjungan ke Wisma Atlet di Kompleks Olahraga Rumbai, 9
September silam, proses penyelesaian akhir bangunan pun belum tuntas dan
masih dikebut.
"Pertama kali datang ke sini, saya harus menyapu
dan mengepel sendiri. Debu sisa bangunan masih ada di lantai," terang
pelatih wushu asal Kalimantan Timur, Fitriansyah.
Minimnya
kesiapan panitia bukan hanya menjadi kekurangan PON XVIII. Berbagai
kontroversi di lapangan juga terjadi. Salah satunya adalah di cabang
sepakbola. Babak enam besar cabang tersebut sempat tidak jelas karena
tim Jawa Timur melakukan protes atas pencabutan sanksi diskualifikasi
yang dijatuhkan kepada tim Jawa Barat.
Technical meeting
cabang taekwondo juga sempat ricuh. Sejumlah kontingen memprotes KONI,
Sumatera Barat bahkan sampai walkout. Beberapa kontingen menentang
persetujuan KONI atas wildcard yang diajukan oleh Jawa Tengah untuk
atletnya. Itu juga masih ditambah dengan tembok arena menembak yang
tembus peluru.
Di luar segala kisruh di dalam penyelenggaraannya,
PON XVIII juga mencatat sejumlah rekor, baik rekor PON ataupun
nasional. "PON XVIII juga telah melahirkan rekor-rekor baru. Selain
memecah rekor-rekor sebelumnya, juga memecahkan rekor nasional," sebut
Rusli Zainal.
"Banyak atlet yang berlaga adalah atlet-atlet yang
berusia di bawah 20 tahun. Ini menjadi indikator bahwa PON XVIII telah
menjadi puncak pembinaan dari sarana pembinaan olahraga nasional kita,"
lanjutnya.
Acara penutupan yang berlangsung sejak pukul 19.00 WIB
itu pun resmi ditutup. Beberapa penyanyi, seperti Ari Lasso, Ahmad
Dhani, hingga Titi Dj dan Ruth Sahanaya naik ke atas panggung menghibur
penonton. Titi dan Ruth berduet menyanyikan lagu "One Moment In Time" milik mendiang Whitney Houston.
PON pun selesai. Sampai jumpa di Bandung, Jawa Barat, empat tahun mendatang.
Sumber : detik
Blogger Comment
Facebook Comment