Jakarta - Hari ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
ditutup Rp 9.830/US$, karena Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi
di pasar uang untuk meredam gejolak rupiah. Jika tidak ada BI, dolar
bisa tembus Rp 10 ribu, bahkan Rp 11 ribu.
Pengamat Pasar Uang
Farial Anwar mengatakan, tertekannya rupiah terhadap dolar AS disebabkan
beberapa hal. Pertama, di pasar modal terjadi panic selling yang menyebabkan indeks harga saham gabungan (IHSG) menukik 167,417 poin (3,50%) ke level 4.609,948.
"Kelihatannya
panic selling terus berlanjut, turunnya besar-besaran. Apakah ini bisa
berlanjut? Potensinya IHSG bisa jatuh menembus 4.500. Kalau ini
berlanjut, maka rupiah akan berlanjut pelemahannya. Kita harap BI
sanggup menahannya," ujar Farial kepada detikFinance, Selasa (11/6/2013).
Persoalan
gejolak nilai rupiah seperti sekarang bukan berita baru. Rupiah
seringkali bergejolak seperti sekarang. Menurut Farial, aturan lalu
lintas devisa di Indonesia yang sangat liberal membuat dana asing mudah
keluar masuk tanpa aturan yang mengikat.
"Saat asing masuk ke
pasar modal rupiah tidak menguat. Tapi ketika asing keluar, dampaknya
rupiah makin tertekan. Kalau tidak kita ubah sistem lalu lintas devisa
ini, maka kita akan terus mengalami situasi ini. Pasar saat ini sedang
kekeringan pasokan dolar," papar Farial.
Mulai dari swasta baik
importir dan eksportir semua memegang dan bahkan membeli dolar. Hanya BI
yang memiliki pasokan dolar AS dan bisa menahan pelemahan rupiah
melalui cadangan devisanya. Jumlah terakhir cadangan devisa BI mencapai
US$ 105 miliar.
"Kejatuhan rupiah pasti akan menekan perekonomian
Indonesia. Apakah BI bisa menahan demand (permintaan dolar) yang besar?
Hanya BI satu-satunya yang mempunyai pasokan dolar. Bahkan eksportir
malah menahan dolarnya dan berharap dolar naik. Saya berharap BI bisa
terus menahan rupiah. Kalau tidak ditahan BI, rupiah bisa tembus Rp 10
ribu atau bahkan Rp 11 ribu," tutur Farial.
Belum lagi kebijakan
kenaikan harga BBM subsidi yang belum jelas membuat investor dan pelaku
pasar modal ragu, sehingga menarik uangnya. Tapi, kalaupun BBM subsidi
harganya jadi naik pertengahan bulan ini, waktunya sudah terlambat
karena mendekati puasa dan lebaran yang akan membuat inflasi makin
melonjak dan nilai tukar rupiah makin tertekan.
"Saya saran ke BI
untuk melakukan pengawasan lebih ketat dengan mengirim orang-orangnya
ke bank-bank yang melakukan transaksi valas, sehingga lalu lintas dolar
bisa diawasi," kata Farial.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif
Departemen Humas BI Difi Johansyah mengatakan, BI sudah masuk atau
melakukan intervensi ke pasar valas sehingga kurs rupiah terhadap dolar
tertahan di level Rp 9.830 pada akhir perdagangan.
"Hari ini kurs
rupiah dalam pantauan BI ditransaksikan dalam range Rp 9.830-Rp
9.880/US$. BI sudah masuk ke pasar sehingga kurs rupiah ditutup pada
level Rp 9.830/US$ pada akhir hari perdagangan hari ini. BI akan terus
memantau dan menjaga kecukupan likuiditas valas dalam beberapa hari ke
depan," kata Difi.
Sebelumnya Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi
dan Pembangunan Firmanzah menyatakan Presiden SBY terus memantau
pergerakan rupiah, dan hari ini dolar akan ditahan di level Rp 9.800-an, sehingga tak lagi menembus Rp 10.000.
Sumber : detik.com
Blogger Comment
Facebook Comment