DN - Sudah banyak diketahui keadaan emosi
seseorang mempengaruhi bahasa tubuh seseorang. Misalnya saja saat Anda
gugup, Anda akan menggoyangkan kaki atau melakukan gerakan tangan.
Namun siapa sangka, jika perasaan juga mempengaruhi cara seseorang berpelukan.
Menurut penelitian yang dipublikasikan jurnal Psychological Research,
ternyata kita dapat memilih untuk berpelukan dengan cara tertentu,
bergantung pada keadaan emosi kita.
Temuan ini didapatkan setelah para peneliti mengamati leih dari 2.000 pelukan yang terjadi di berbagai terminal internasional bandara di Jerman.
Mereka menemukan bahwa pelukan dari sisi kanan, yang berarti lengan
kanan Anda pertama-tama menyentuh lengan kiri lawan pelukan Anda, lebih
banyak dilakukan. Tapi dalam situasi yang lebih emosional, hal ini
berubah.
"Hasil kami konsisten di dua penelitian, dan menunjukkan bahwa
pelukan dari sisi kiri dilakukan dalam kondisi emosional," ungkap Julian
Packheiser, co-author penelitian ini dikutip dari Newsweek, Jumat (26/01/2018).
"Meski begitu, kita mengubah cara berpelukan dalam situasi emosional,
terlepas dari konteks emosi itu sendiri, baik positif atau negatif,"
imbuh mahasiswa PhD di Ruhr-University Bochum, Jerman itu.
Temuan Packheiser ini sejalan dengan hipotesis belahan otak kakan
yang menyebut bahwa emosi positif dan negatif keduanya diproses di dalam
belahan otak kanan. Padahal, sudah jamak diketahui bahwa bagian otak
kanan merupakan pengendali tubuh bagian kiri.
Dengan kata lain, saat belahan otak kanan aktif, secara otomatis, tubuh bagian kiri yang akan bergerak.
Sayangnya, temuan ini masih mempunyai banyak keterbatasan. Salah
satunya, asumsi terbesar dari peneliti yang menyimpulkan bahwa emosi
saat akan melakukan penerbangan merupakan emosi negatif, sedangkan saat
kedatangan merupakan emosi positif.
"Saya pribadi tidak setuju dengan hasil penemuan ini," ujar Lillian Glass, pakar bahasa tubuh dan komunikasi.
"Bila Anda memeluk seseorang, ada banyak emosi yang terlibat. Selain
itu, kebanyakan orang secara statistik tidak kidal,jadi Anda akan selalu
memeluk dengan tangan kanan," imbuhnya.
Di samping itu, penelitian ini juga dilakukan di terminal
internasional Jerman. Ini menunjukkan bahwa hasilnya hanya mengambarkan
populasi Jerman saja.
Menyadari kekurangan dalam penelitiannya, Packheiser berencana untuk
melakukan penelitian lanjutan yang menganalisis aktivitas listrik di
otak selama berpelukan. Hal ini diharapkan bisa memberitahu mereka apa
yang benar-benar di rasakan seseorang, daripada membuat asumsi.
Sumber : Kompas.com
Blogger Comment
Facebook Comment