Hemat Energi dengan Teknologi Sensor

G+

Penggunaan teknologi sensor, sekarang bukan lagi hal luar biasa. Berbagai peralatan elektronik sudah mengakomodasi teknologi yang satu ini. Tujuannya untuk penghematan energi. Jadi teknologi ini memungkinkan kita ramah lingkungan dan menghemat pengeluaran juga. Dimana saja, sih, teknologi sensor sudah diaplikasikan?
Kalau akhir minggu lalu, sempat berjalan-jalan ke Eco-Product International Fair 2010, pasti menemukan banyak sekali aplikasi teknologi yang ramah lingkungan. Salah satunya adalah aplikasi teknologi sensor. Awalnya, saya pikir teknologi sensor ini hanya ada pada lampu. Belakangan, saya menemukan bahwa teknologi yang sama sudah diaplikasikan di penyejuk ruangan alias AC. Nah, di pameran eco-product saya menemukan sensor bahkan sudah diaplikasikan di lemari es.
Pada dasarnya, kerja sensor di berbagai peralatan elektronik ini sama saja, yaitu berdasarkan gerak dan hawa panas dari tubuh manusia. Sederhananya begini, saat sensor menangkap adanya panas atau gerak, otomatis ia akan menyalakan peralatan elektronik. Sebaliknya, kalau sensor tak lagi mendeteksi adanya panas atau gerak, ia akan mematikan peralatan elektronik tempatnya melekat. Dengan demikian, pengguna peralatan elektronik akan terhindar dari pemborosan listrik. Sekarang kita coba lihat bagaimana kerja si sensor ini di beberapa peralatan elektronik, yuk!
Pada lampu, kerjanya sederhana saja. Menghidupkan lampu saat ada orang masuk dan beraktivitas di ruangan. Setelah orang tadi selesai beraktivitas dan meninggalkan ruangan, sensor pun akan mematikan lampu. Dulu teknologi ini banyak ditemui di gedung-gedung perkantoran. Tapi sekarang, dengan mudah kita bisa menemukan lampu yang dilengkapi sensor ini, di toko-toko penjual peralatan rumah tangga.
Bagaimana dengan sensor yang melekat pada AC? Sensor bekerja dengan dua cara pada penyejuk udara. Ada yang langsung mematikannya, ketika tidak ada orang di sebuah ruangan. Ada pula yang sekadar menaikkan suhu, sehingga kerja AC tidak terlalu berat. Biasanya penyejuk udara yang mengaplikasikan teknologi sensor, sebelumnya sudah menggunakan teknologi inverter, yang bisa menghemat energi antara 50% sampai 60%. Jadi, penambahan sensor di sini bisa membuat AC lebih hemat energi lagi.
Nah, yang terbaru nih, aplikasi sensor di lemari es. Pada piranti elektronik yang satu ini, sensor ditempatkan di pintunya. Mungkin Anda sudah tak asing dengan kebiasaan anak-anak, mungkin juga orang dewasa, yang kerap tidak menutup pintu lemari es dengan rapat. Akibatnya, hawa panas dari luar masuk ke dalam lemari es, dan kompresor atau inverternya harus bekerja lebih keras. Otomatis energi listrik yang dikonsumsi pun lebih banyak.
Atas dasar pemikiran inilah, kemudian muncul ide untuk menempatkan sensor di pintu lemari es. Kalau si sensor mendeteksi adanya hawa panas yang masuk, dalam waktu maksimal satu menit, alarm akan berbunyi. Tandanya Anda harus segera menutup rapat pintu lemari es. Keren , kan?
Ini baru sensor yang bekerja dengan mendeteksi panas, lho. Masih ada lagi sensor yang bekerja dengan mendeteksi intensitas cahaya matahari.Sensor ini biasanya ditempatkan di jendela. Kalau sensor mendeteksi bahwa sinar matahari sudah cukup menerangi ruangan, otomatis lampu akan mati. Sebaliknya, saat matahari sudah tenggelam, sensor mendeteksi kurangnya penerangan di ruangan, maka nyalalah lampu ruangan. Tapi teknologi sensor yang satu ini sepertinya masih jarang ditemui untuk rumah tinggal. Umumnya masih diaplikasikan di kantor atau gedung-gedung publik.
Dengan teknologi-teknologi canggih seperti ini, hidup jadi lebih mudah, penghematan energi dan kepedulian terhadap lingkungan pun terlaksana. Sayangnya, masih banyak orang enggan memilih teknologi ini di rumah mereka, walaupun digembar-gemborkan bahwa ia bisa menghemat pemakaian energi listrik, yang tentunya berdampak pula pada biaya listrik tiap bulan. Pasalnya, harga yang tinggi saat membelinya.
Berarti masih dibutuhkan edukasi yang kontinyu, nih. Percuma, kan, ada teknologi-teknologi canggih begini, tapi sedikit sekali yang mau mengaplikasikan. Kalau Anda sendiri bagaimana? Pilih keluar uang lebih banyak di awal saat membeli, tapi hemat biaya listrik bulanan. Atau pilih beli yang murah, dengan biaya listrik tetap, mungkin bertambah, tiap bulannya?
Follow Us :

About Ambar Syahputra Siregar

    Blogger Comment
    Facebook Comment