Jakarta - Penelitian yang dilakukan terhadap wanita
dengan kehidupan pernikahan langgeng membuktikan, mereka yang bahagia
justru karena berani melanggar aturan. Ahli-ahli dalam masalah rumah
tangga juga setuju bahwa mengabaikan aturan-aturan adalah kunci untuk
membangun hubungan yang awet.
Sebenarnya cara untuk membuat suatu
hubungan dapat bertahan adalah dengan membuat aturan Anda sendiri.
Seperti yang diungkapkan oleh penulis buku Making Marriage Work for
Dummies, psikiater Steve Simring dan istrinya Sue Klavans Simring, tidak
perlu Anda melihat dari pepatah-pepatah lama seperti "jangan pernah
pergi tidur dengan rasa marah" dan lainnya.
Berikut adalah
beberapa aturan yang bisa Anda langgar untuk menciptakan pernikahan
bahagia Anda sendiri, seperti yang dikutip dari Red Book:
Aturan 1: Jangan pernah pergi tidur dengan kondisi marah
Bisa
dibilang ini adalah kutipan bijak tertua dalam 'pernikahan bahagia'.
Selama ini konflik hanya dilihat sebagai sesuatu yang membuat pasangan
tidak nyaman dan kebanyakan pasangan akan berusaha menghindari konflik.
"Ada
gagasan bahwa sebenarnya konflik adalah tanda-tanda munculnya masalah
dalam pernikahan," ujar Steve Simring. "Sehingga keadaan tersebut hanya
akan memaksakan resolusi secepat mungkin untuk kembali pada area bebas
konflik, namun sebenarnya hal tersebut justru tidak relevan","
tambahnya.
Menyuruh seseorang untuk tidak merasa marah, sama
halnya dengan memberitahu orang untuk tidak kelaparan, begitu menurut
Seana McGee, salah satu penulis "Why the Old Rules Don't Work and What
Does"."Kemarahan adalah respon psikologis dan kimia seseorang, Anda
tidak dapat mematikannya seperti tombol. Dan jika kemarahan terus
berlangsung dan sudah waktunya untuk tidur, maka tidak masalah untuk
tidur dengan keadaan tersebut," tambahnya.
Aturan 2: Beritahu pasangan apa yang Anda inginkan di tempat tidur
Poin
kedua di atas sering sekali disarankan untuk memiliki kehidupan seks
yang lebih baik. Memang saling mengkomunikasikan perasaan penting, tapi
selalu mengungkapkan apa yang Anda inginkan setiap kali akan bercinta,
mungkin bukan ide yang baik untuk hubungan dalam jangka panjang.
"Asumsi
yang ada, pasangan bahagia itu selalu menunjukkan dan memberitahu
semuanya," kata Sue Simring. "Namun, tidak selalu tiap Anda bercinta
harus memberitahukan bagaimana Anda ingin disentuh dan tidak selalu
semua aktivitas bercinta jadi luas biasa. Dalam kehidupan nyata, ada
saat ketika salah satu pasangan membutuhkan kebebasan untuk santai dan
berekspresi," urainya lagi.
Terapis seks Dr Ruth Westheimer atau
yang lebih dikenal sebagai Dr Ruth juga mengakui bahwa ada situasi
dimana yang terbaik adalah tidak untuk memberitahu pasangan Anda apa
yang Anda benar-benar ingin. Situasi itu berlaku terutama jika Anda tahu
bahwa permintaan Anda akan mengakibatkan lebih banyak masalah daripada
kesenangan. Ingatlah, komunikasi dapat menjadi pedang bermata dua,
terutama bila ada masalah yang belum terselesaikan dalam pernikahan.
Aturan 3: Berbicara pada orangtua masing-masing
Orang
selama ini berpikir hanya merekalah yang bisa memahami orangtua mereka.
Jadi ketika misalnya ibu atau ayah Anda membuat masalah yang mengganggu
pernikahan, Anda lah orang yang paling bisa mengerti dan berhadapan
dengan mereka. Benarkah demikian? Jika dipikirkan baik-baik, bisa jadi
akan lebih baik kalau Anda dan pasangan sama-sama berbicara dengan
orangtua, bukan sendiri-sendiri.
Menurut penylis buku 'Will Our
Love Last', Sam R. Hamburg Ph.D, ketika berhubungan dengan mertua, yang
lebih penting adalah bagaimana cara menghadapinya bukan siapa yang
menghadapinya. "Selama Anda berdua setuju, misalnya dalam hal berapa
banyak waktu yang akan dihabiskan untuk orangtua masing-masing, siapa
yang memberi tahu bahwa kalian tidak akan datang untuk makan malam
setiap Minggu tidaklah berasa penting," ujar kata Hamburg.
"Faktanya,
lebih mudah bagi para menantu untuk berbicara dengan mertua karena
ketika orangtua berbicara kepada anak mereka sendiri, ada kecenderungan
untuk memperlakukan anak tersebut seperti belum dewasa. Tapi ketika
pembicaraan yang sama dilakukan oleh kedua orang yang baru bertemu
ketika mereka sudah dewasa (seperti Anda dengan mertua), mereka bisa
berhubungan lebih baik dan sederajat," jelas Hamburg lagi.
Aturan 4: Anda Tidak Bisa Mengubah Orang Lain
Tentu
saja Anda tidak seharusnya memaksa pasanganuntuk menjadi seseorang yang
bukan dirinya. Di sisi lain, hubungan yang baik justru yang bisa
mengubah pasangan, membantu mereka mempelajari dan berkembang dan berani
mencoba sesuatu yang selama ini mereka tidak pernah mencobanya.
"Aturan
lama menyatakan jangan pernah mengubah pasangan Anda, dan jangan
mengganggu ketenangan. Namun justru dalam suatu hubungan di mana satu
atau lainnya sama-sama selalu terdiam atas ketidakpuasan terhadap
masing-masing, dalam banyak kasus pasangannya akan meninggalkannya tanpa
tahu alasannya," urai Steve Simring.
Steve juga mengatakan, jika
memang Anda peduli pada hubungan pernikahan tersebut, tentunya ada
hal-hal yang perlu diubah dari pasangan ketika memang menganggu atau
bisa menghancurkan bahtera rumah tangga. Untuk melakukan ini dibutuhkan
keberanian memang.
Aturan 5: Pasangan bahagia selalu liburan bersama
Tak
sedikit orang yang berpikir ketika Anda dan pasangan melakukan liburan
sendiri-sendiri, dianggap pernikahan Anda bermasalah. "Jika Anda
menggunakan liburan secara bersama sebagai barometer kebahagiaan,
tentunya menghabiskan waktu secara terpisah hanya akan menimbulkan
pengertian yang negatif," ujar Smiring.
Pertimbangkan fakta bahwa
memberikan kebebasan satu sama lain untuk membuat pilihan sendiri,
menunjukkan Anda mendukung dalam mengekspresikan diri masing-masing.
Kebebasan mengekspresikan diri ini pun sebenarnya kunci pernikahan
bahagia, seperti yang dikatakan penulis buku 'The Secret Lives of Wives:
Women Share What It Really Takes To Stay Married' Iris Krasnow.
Sumber : wolipop.com
Blogger Comment
Facebook Comment