Duterte Tetap Lanjut Perang Narkotik Meski Polisi Korup

G+

Jakarta, Dunianews.net - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperpanjang perangnya melawan narkotik hingga hari terakhir dia menjabat, 2022 nanti. Hal ini dia putuskan meski mengakui polisi yang jadi ujung tombaknya dalam operasi tersebut sebagian besar korupsi.

Ribuan orang sudah kehilangan nyawanya dalam operasi yang dilakukan pemerintah sejak dia menjabat, pertengahan tahun lalu. Sejumlah kelompok pemerhati HAM memperingatkan, polisi melakukan pembunuhan di luar proses hukum bukan hanya untuk memerangi narkotik tapi juga mendukung aktivitas korupsinya.

Duterte memenangkan pemilu karena janjinya untuk menegakkan hukum dan memberantas peredaran narkotik dalam tiga sampai enam bulan.

Setelah menjabat, Duterte memperpanjang jangka waktu itu hingga Maret tahun ini. Namun pada Senin (30/1), sebagaimana diberitakan AFP, Duterte mengatakan tidak ada akhir peperangan ini selama dia menjabat.


"Saya akan memperpanjangnya hingga hari terakhir masa jabatan saya," kata Duterte kepada wartawan.

"Maret tidak lagi berlaku."

Di Filipina, Presiden hanya boleh menjabat selama satu periode selama enam tahun.

Duterte selama ini tidak terpengaruh meski perang narkotiknya dikritik keras oleh berbagai pemerintahan negara Barat, badan PBB dan kelompok pemerhati HAM. Dia mengatakan dirinya mesti mengambil langkah-langkah ekstrem untuk mencegah Filipina menjadi negara narkotik.

Walau demikian, sejumlah skandal yang melibatkan polisi terjadi dalam perang tersebut. Mereka menggunakan operasi ini untuk menutupi tindakan pemerasan, termasuk penculikan dan pembunuhan pengusaha Korea Selatan yang terjadi belum lama ini.

Kepala Kepolisian Filipina telah berulang kali menekankan, dalam beberapa minggu belakangan, bahwa kejahatan tersebut terisolasi dan tidak menunjukkan masalah yang lebih besar di institusinya.

Namun, Duterte mengatakan dia meyakini hampir 40 persen dari seluruh anggota polisinya terlibat korupsi.

"Kalian, polisi, adalah yang paling korup. Kalian korup hingga ke akar. Masalah ini ada di sistem kalian," kata Duterte mengecam anggota polisi yang mengotaki pembunuhan tersebut.

Dia mengatakan dirinya ingin membersihkan Kepolisian dengan cara meninjau ulang semua kegiatan polisi yang pernah terlibat dalam pemerasan.

Meski begitu, Duterte dalam beberapa kesempatan terus menekankan, dirinya tidak akan membiarkan angota polisi dipenjara karena membunuh orang atas nama perang melawan narkotik.

Dia juga tahun lalu mengatakan ia "dengan senang hati membantai" tiga juga pecandu narkotik sebagai bagian dari peperangan ini.

Polisi dilaporkan telah membunuh lebih dari 2.500 orang yang dituduh terlibat peredaran narkotik. Sementara hampir 4.000 orang lainnya tewas secara tidak wajar dalam rangkaian penggerebekan.


Sumber : CNN Indonesia

Follow Us :

About Ambar Syahputra Siregar

    Blogger Comment
    Facebook Comment