Perusahaan Teknologi Amerika Serikat Kecam Kebijakan Trump

G+

Jakarta, Dunianews.net - Sejumlah perusahaan teknologi Amerika Serikat ramai-ramai mengecam kebijakan anti-imigran dan pengungsi yang diterbitkan oleh Presiden Donald Trump. Sebagian sudah satu suara untuk melawan kebijakan Trump tersebut.

Nama-nama besar seperti Google, Facebook, Apple, Microsoft, Twitter, dan lainnya terkena imbas langsung kebijakan yang melarang imigran dari tujuh negara mayoritas muslim memasuki wilayah AS. Pasalnya sebagian karyawan mereka berasal dari mancanegara.

Melansir laporan Tech Crunch, sejumlah perusahaan teknologi menyampaikan tanggapannya terkait keputusan kontroversial Trump. Rata-rata mengenai nasib pegawai mereka yang tak bisa kembali ke AS.

Google menyebut telah memanggil kembali semua pegawainya yang berada di luar negeri meskipun terhitung telat. Mereka khawatir dampak kebijakan itu menimpa Googler -julukan pekerja di Google- serta keluarganya.

CEO Facebook Mark Zuckerberg juga telah mengekspresikan hal yang sama menyangkut nasib pekerjanya yang terjebak. "Seperti kalian, saya khawatir dengan dampak kebijakan yang ditandatangani President Trump," tulis Zuck di laman Facebook pribadinya.

Microsoft, yang dipimpin CEO Satya Nadella yang merupakan warga imigran, sudah mengirimkan bantuan hukum bagi karyawannya. Dalam memo Satya, diketahui setidaknya 76 pegawai Microsoft terkena dampak kebijakan Trump. Satya sendiri ditemani kepala tim legalnya akan mengadakan sesi tanya jawab terkait kebijakan Trump.

Hal serupa disampaikan LinkedIn dan Apple yang prihatin dengan larangan masuk bagi imigran dan pengungsi.

"Semua etnis seharusnya punya akses kesempatan yang sama, prinsip fondasi AS," kata CEO LinkedIn Jeff Weiner.

Di saat bersamaan, tokoh-tokoh industri teknologi lainnya mengambil sikap lebih keras menentang keputusan Gedung Putih.

"Dampak kemanusiaan dan ekonomi dari kebijakan ini nyata dan mengesalkan. Kita beruntung dengan yang para pengungsi dan imigran bawa ke AS," kata Jack Dorsey dalam cuitan di akun pribadinya.

"Kami menentang dengan tegas tindakan ini, dan tak akan berdiam diri terhadap isu yang mengancam nilai-nilai masyarakat kita," tulis pendiri Lyft, John Zimmer dan Logan Green.

Reaksi lain ditunjukkan oleh CEO Airbnb Brian Chesky yang menunjukkan rasa solidaritas bagi imigran dan pengungsi yang terdampak kebijakan Trump.

"Airbnb menyediakan penginapan gratis bagi pengungsi dan siapapun yang tidak diijinkan masuk ke AS. Tunggu kabar berikutnya, hubungi saya jika sangat butuh penginapan," cuit Chesky.

Menurut sejumlah laporan, belum diketahui apakah kebijakan anti-imigran Trump ini akan berhenti di tujuh negara saja.

Namun yang pasti, setidaknya ada 200 juta orang di dunia yang dipastikan tak bisa memasuki wilayah AS selama 90 hari ke depan.


Sumber : CNN Indonesia

Follow Us :

About Ambar Syahputra Siregar

    Blogger Comment
    Facebook Comment