JAKARTA - Sekolah yang mengikuti Ujian Nasional
Berbasis Komputer (UNBK) 2018 mengalami peningkatan daripada tahun lalu.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),
diketahui jumlah sekolah yang mengikuti UNBK mencapai 75%.
Adapun
25% sekolah sisanya masih menggelar ujian menggunakan kertas atau
disebut ujian nasional kertas pensil (UNKP). Jumlah tersebut mengalami
peningkatan karena pada 2017 lalu sekolah yang mengikuti UNBK hanya
50,9%.
”Kami berharap sekolah yang sudah siap ikut UN berbasis
komputer tidak sekadar laporan, tapi benar-benar siap,” kata Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemendikbud Totok
Suprayitno di Jakarta kemarin.
Total ada 16 provinsi yang
menyatakan 100% siap menyelenggarakan UNBK pada jenjang SMA, 17 provinsi
untuk jenjang SMK, dan 6 provinsi pada jenjang SMP. Provinsi yang 100%
mampu menggelar UNBK diantaranya DKI Jakarta, Aceh, dan DI Yogyakarta.
Kemendikbud mengatakan tidak memaksa sekolah menjalankan UNBK, apalagi
di daerah yang belum memiliki komputer dan belum terjangkau internet.
Tapi
upaya menuju ke arah UNBK 100% tetap diupayakan. Totok mengimbau
sekolah agar tidak membeli komputer hanya untuk kepentingan UNBK karena
sifatnya sesaat. Komputer dibeli untuk tujuan pembelajaran berbasis
komputer.
”Nanti peta pelaksanaan UNBK ini akan dilaksanakan
menggunakan kebijakan zonasi. Dari sistem zonasi itu akan kelihatan mana
sekolah yang siap UNBK dan mana yang belum,” katanya.
Mata
pelajaran (mapel) yang diujikan pada UN juga tidak berubah, yakni
Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan mapel tambahan khas
jurusan. USBN bisa digelar setelah atau sebelum UN, tergantung kesiapan
sekolah masing-masing. ”Materi soal 90% berupa pilihan ganda dan 10%
esai dibuat oleh guru. Kepala dinas pendidikan menjadi pengawas
keseluruhan,” ujarnya.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan
(Kapuspendik) Kemendikbud Moch Abduh menjelaskan, pada pekan ini
Kemendikbud akan menyelesaikan simulasi kedua untuk UNBK jenjang SMA/
MA. Pada minggu sebelumnya simulasi tahap kedua telah dilaksanakan di
jenjang SMK.
Selanjutnya akan dilakukan simulasi kedua untuk
SMP/ MTS agar pelaksanaan UNBK di semua sekolah berjalan lancar.
Sekretaris Dinas Pendidikan Daerah Provinsi Papua Barat Dafson Mamile
menjelaskan, daerahnya termasuk kawasan tertinggal, terpencil, dan
terluar sehingga belum bisa 100% ujian berbasis komputer. Hal ini
disebabkan fasilitas internet di Papua Barat masih jauh dari layak.
Sementara jika memaksakan memakai komputer juga tidak ada listriknya sehingga akan memakan biaya mahal untuk memakai genset.
Sementara
itu Plt Kepala Dinas Pendidikan Sambas, Kalimantan Barat, Rasidin
menjelaskan bahwa daerahnya berbatasan langsung dengan Malaysia bagian
timur. Fasilitas sekolah di kedua negara masih sangat timpang.
Menurut
dia, terbatasnya sarana sekolah, listrik hingga jaringan sangat
menyulitkan mewujudkan 100% UNBK. ”Sementara sekolah dasar Serawak
paling pinggir (dekat Indonesia) bangunannya sudah empat lantai,”
katanya.
Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Bambang
Suryadi menambahkan, pihaknya telah merilis prosedur operasional standar
(POS) penyelenggaraan USBN 2018. POS USBN dapat diunduh di laman
http://bsnpindonesia. org/2018/02/07/P OS-USBN-2017-2018. POS USBN
merupakan ketentuan yang mengatur penyelenggaraan dan teknis pelaksanaan
USBN. Di antara hal yang diatur dalam POS USBN adalah penyusunan
kisi-kisi, indikator, penyusunan dan perakitan soal ujian, pelaksanaan
serta pengolahan hasil ujian.
”Peran guru, KKG/MGMP, satuan pendidikan, dinas pendidikan, LPMP, Kantor
Kemenag serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga diuraikan
dalam POS,” sebutnya.
Selain itu POS USBN memuat nama mata
pelajaran, jumlah soal pilihan ganda dan esai serta alokasi waktu.
Adapun jadwal pelaksanaan USBN ditetapkan oleh tiap satuan pendidikan
yang pelaksanaannya sebelum atau sesudah ujian nasional. Khusus untuk
USBN SD/MI dilaksanakan serentak pada 3-5 Mei 2018. Dia menjelaskan,
perbedaan yang mendasar antara USBN 2017 dan 2018 adalah pada jumlah
mata pelajaran yang diujikan. USBN 2017 hanya untuk mata pelajaran
tertentu, sedangkan USBN 2018 mencakup seluruh mata pelajaran.
Khusus
untuk SD/MI hanya tiga mata pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia,
Matematika, dan IPA. Bentuk soal USBN meliputi soal pilihan ganda
sebanyak 90% dan soal esai 10%. ”Pemeriksaan soal esai dilakukan oleh
dua guru. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua guru
penilai, dilakukan pemeriksaan oleh pihak ketiga,” jelasnya. Hasil USBN
menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Penetapan
kriteria kelulusan dilakukan oleh tiap satuan pendidikan melalui rapat
dewan guru.
Pengumuman kelulusan SD/MI dilaksanakan pada 4 Juni,
untuk jenjang SMP/MTs pada 28 Mei, sedangkan jenjang SMA/MA dan SMK 3
Mei. Adapun pengumuman kelulusan Program Paket A/Ula dan Paket B/Wustha
pada 14 Mei, Program Paket C/Ulya pada 7 Juni.
Editor : Ambar Syahputra Siregar
Sumber : Sindonews.com
Blogger Comment
Facebook Comment