JAKARTA - Pemerintah terus mengejar target kemandirian pangan melalui riset. Salah satunya dengan membangun sains techno park
bidang pangan di Riau. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, salah satu sasaran prioritas
pembangunan dan pengembangan iptek dan inovasi Indonesia hingga 2025
ialah tentang kedaulatan pangan dan energi. Untuk mewujudkan target
kemandirian pangan ini, maka pemerintah membangun STP bidang pangan.
"Provinsi Riau termasuk salah satu daerah yang mendapat alokasi pembangunan STP dari Kemenristekdikti," katanya.
Mantan
Rektor Universitas Diponegoro ini mengatakan, kawasan STP Riau yang
dibangun untuk meningkatkan perekonomian di daerah melalui pengembangan
kewirausahaan, pusat inkubasi bisnis yang mampu melahirkan industri baru
berbasis teknologi, dan perusahaan pemula berbasis teknologi. Bidang
fokus pengembangan STP Riau adalah produk industri pangan berbasis
perikanan, sagu, kelapa, dan nenas. Selain itu, juga terdapat STP
Pelalawan yang dikembangkan pemda bersama Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) yang fokus pada pengembangan dan hilirisasi produk
kelapa sawit.
Nasir mengatakan, Riau juga terpilih sebagai tuan
rumah Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang akan digelar
10 Agustus 2018 nanti. Menurut dia, Riau terpilih karena salah satu
lumbung energi nasional dan penyangga utama kebutuhan pangan di
Sumatera, khususnya sektor pertanian dan perkebunan. "Kami mengambil
tema Inovasi untuk Kemandirian Pangan dan Energi. Akan membahas secara
intensif pengembangan pangan di era Revolusi Industri 4.0. Riau cocok
menjadi tuan rumah," katanya.
Guru Besar Akuntansi Undip ini
menjelaskan, alasan penting lainnya pemilihan Riau sebagai tuan rumah
karena Kemenristekdikti menilai Provinsi Riau sukses mengembangkan
Sistem Inovasi Daerah (SIDa) dengan menjadi salah satu penerima
penghargaan Budhipura dari Kemenristekdikti tahun 2017 di Kota Makassar.
Sementara di Blora, kementerian mendorong pengembangan varietas
buah-buahan di daerah yang terkenal gersang karena terletak di
pegunungan kapur. Salah satu buah yang berhasil dikembangkan pengusaha
setempat ialah alpukat dengan berat 1,7-2,5 kilogram yang memiliki kulit
tipis dan daging tebal. Varietas lainnya ialah lengkeng, durian pelangi
dari Papua, jambu, dan pepaya.
Dia mengatakan, varietas
buah-buahan ini harus didorong pengembangannya dengan berkolaborasi
dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah berhasil mengembangkan
bibit buah nusantara di Subang. "Semoga nanti bisa dikembangkan bibit
buah nusantara di Blora. Masyarakat Blora yang lain juga diharapkan bisa
mengembangkan hal sama," katanya.
Hal lain perlu dikembangkan
menurut Nasir adalah saat pascapanen, bagaimana agar hasil panen buah
tidak cepat membusuk. Ia mencontohkan penggunaan sistem ozonisasi yang
kini sudah mulai digunakan untuk mengawetkan hasil pertanian. Selain
itu, hasil panen diharapkan bisa berkontribusi memenuhi kebutuhan buah
di dalam negeri, minimal di Blora.
Gubernur Riau Arsyadjuliandi
menyambut baik pelaksanaan Puncak Peringatan Hakteknas ke-23 di Kota
Pekanbaru, Provinsi Riau. "Ini merupakan kehormatan bagi Bumi Lancang
Kuning Provinsi Riau menjadi Provinsi pertama di Pulau Sumatera yang
menjadi tuan rumah Hakteknas 2018. Provinsi Riau siap mendukung
pelaksanaan Hakteknas 2018," kata pria yang akrab disapa Andi ini.
Sementara
itu, Rektor Universitas Teuku Umar (UTU) DI Aceh Yasman Ma'aruf
mengatakan, UTU membentuk University Farm sebagai core product UTU
dengan pengembangan pohon pisang di kebun seluas 9,3 hektare. Kebun ini
akan dikelola mahasiswa sebagai kebun pendidikan dan pelatihan sekaligus
menjadi lahan representatif untuk pengembangan bermacam varietas pisang
lokal aceh dan berbagai varietas nasional Indonesia. Dia menjelaskan,
sampai saat ini kampusnya memiliki 36 jenis koleksi pohon pisang dari
seluruh Aceh.
Sumber : Sindonews.com
Blogger Comment
Facebook Comment