Pabrik Apple di Cina Langgar Peraturan

G+

WASHINGTON (DuniaNews) - Sebuah penyelidikan independen menemukan adanya sejumlah ''isu signifikan'' di sebuah pabrik pembuat iPhone dan iPad di Cina.

Penyelidikan dilakukan Asosiasi Tenaga Kerja AS, FLA setelah diminta Apple untuk memeriksa kondisi pekerja di Foxconn setelah sejumlah laporan mengemuka terkait pelanggaran jam kerja dan keamanan yang buruk.

Apple menyatakan ''sepenuhnya menerima'' rekomendasi laporan tersebut.

"Kami berbagi dengan tujuan FLA untuk meningkatkan standar hidup dan kualitas perusahaan dimanapun berada,'' demikian isi pernyataan Apple.

Temuan sejumlah pelanggaran ini mengemuka saat CEO Apple Tim Cook mengunjungi fasilitas Foxconn.

Cook mendatangi fasilitas yang berada di Taman Teknologi Zhengzhou, tempat dimana 120.000 pekerja berada, Rabu lalu.

Serangkaian aksi bunuh diri di Foxconn tahun lalu menjadi sorotan terkait dengan kondisi pekerja di pabrik tersebut.

Bulan lalu Apple mengumumkan akan mengirimkan seorang pengawas independen dari FLA untuk mengaudit fasilitas di Cina tersebut.

Penyelidikan, yang menjadi salah satu yang terbesar yang dilakukan oleh perusahaan AS di luar negeri ini menemukan fakta bahwa para pekerja sering bekerja lebih dari 60 jam dalam sepekan dan kadang bekerja selama tujuh hari tanpa hari libur.

Pelanggaran lainnya termasuk kerja lembur yang tidak dibayar dan resiko kesehatan dan keamanan yang tinggi.

Gaji rata-rata sebulan di tiga pabrik berkisar antara US$360 atau sekitar Rp3,3 juta hingga US$455 atau Rp4,1 juta.

Foxcon baru baru ini meningkatkan gaji lebih dari 25% dan ada kesepakatan untuk mengurangi jam kerja, perlindungan gaji dan meningkatkan keterwakilan pekerja.

FLA mengatakan Foxconn sepakat untuk mematuhi standar asosiasi atas jam kerja pada Juli 2013, membawanya segaris dengan batasan hukum yang berlaku di Cina yaitu 49 jam/pekan.

Perusahaan ini akan mengontrak ribuan pekerja lagi guna mengkompensasikan kebijakan terbaru ini, demikian lapor Reuters.

Wartawan BBC di Washington melaporkan, laporan ini dianggap sebagai bentuk pendekatan baru dan transparan untuk masalah lama yaitu barang konsumen yang populer tetapi murah dibuat dengan kondisi buruk di negara-negara berkembang.

Bagaimanapun sebuah kalimat di laporan tersebut mencatat bahwa pekerja di Foxconn tidak memiliki perwakilan yang sesungguhnya di serikat pekerja.

Pemerintah Cina selama ini memang sangat khawatir dengan keberadaan serikat pekerja dan sepertinya menginginkan tetap tidak ada serikat pekerja.

Sebelum laporan ini dirilis, serikat pekerja mengungkapkan keraguan bahwa Apple bisa berkomitmen untuk meningkatkan standar.

"Laporan ini akan memasukkan janji baru dari Apple yang sepertinya berupa janji kosong sama seperti yang dibuat dalam lima tahun terakhir,'' demikian pernyataan SumOfUS.org, sebuah koalisi serikat pekerja dan kelompok konsumen.

Foxconn mempekerjakan 1,2 juta pekerja di Cina untuk membuat sejumlah produk Apple termasuk Microsoft, Hewlett-Packard, dan perusahaan lainnya.
Follow Us :

About Ambar Syahputra Siregar

    Blogger Comment
    Facebook Comment