Kisah Penyandang Tuna Rungu Sukses Jadi Pengusaha Mainan

G+


Jakarta - Memiliki keterbatasan berkomunikasi karena menyandang tuna rungu dan tuna wicara tidak membuat Jonathan Chrisnada Galih Pradipta (33) menyerah untuk menggapai kesuksesan. Dengan kegigihannya, pria itu kini menjadi salah satu pemilik toko hobby toys besar yang memiliki pelanggan dari seluruh Indonesia bahkan ada dari luar negeri.

Berbagai rintangan dilalui mulai dari berkomunikasi dengan pembeli, membangun usaha, bahkan sampai kehilangan modal karena dirampok. Jonathan dibantu adiknya, Decky Chandra Christian Hanindita (32) membeberkan kisah suksesnya yang penuh liku.




Jonathan dulunya menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa di Wonosobo dan harus jauh dari keluarganya di Semarang. Kemudian ia melanjutkan sekolah SMK bersama anak-anak normal di daerah Muntilan, Jawa Tengah. Saat itulah ia tertarik dengan Gundam, yaitu mainan merakit berbentuk robot raksasa dari Jepang karena salah satu temannya memilikinya.

"Saya membeli Gundam pertama menggunakan uang tabungan saya karena harganya cukup mahal. Bahkan saya harus naik bus ke Yogyakarta karena di Muntilan tidak ada yang jual," kata Jonathan dibantu adiknya, Sabtu (17/12/2016).

Hobi merakit Gundam itu berlanjut sampai ia duduk di bangku kuliah di Jurusan Teknik Informatika di salah satu universitas swasta di Semarang. Di sana ia mengenal berbagai hal soal internet dan mulailah timbul tekat menjual Gundam via online.

"Mulai sekitar tahun 2005, dulu lewat situs seperti Toko Bagus dan semacamnya," ujarnya.

Namun tidak semudah yang dibayangkan ketika Jonathan memulai usahanya. Ia berusaha mencari pinjaman uang ke orang tuanya tapi kala itu belum direstui karena khawatir ia akan ditipu. Tapi Jonathan memiliki tekat kuat, ia mulai menawarkan Gundam yang bahkan ia sendiri tidak memiliki stoknya.

"Dulu itu orang pesennya apa, pre order dulu terus saya carikan ke kota-kota lain yang jual. Seperti dropship juga," ujarnya.

Lagi-lagi ternyata langkahnya tidak mulus, ia kerap menerima komplain dari pelanggan yang marah-marah. Hal itu karena komunikasi lewat chatting atau SMS yang berujung kesalahpahaman. Jonathan kala itu hanya bisa menggunakan bahasa baku, sedangkan para pelanggan banyak yang memakai bahasa gaul untuk berkomunikasi.

"Berat rasanya, karena saya tahu reputasi saya sebagai penjual bisa hancur," ujarnya.

Rintangan yang dihadapi Jonathan belum usai, tahun 2010 ia dirampok di Jalan Mataram Semarang. Saat itu sekitar pukul 12.00 WIB ia membawa uang Rp 12 juta untuk ditabung, tapi motornya dihadang dua pria bersenjata api dan bertopeng. Jonathan tidak bisa melawan, ia hanya pasrah.

"Uang itu sebagian besar modal saya, pinjaman dari adik saya. Sedih sekali, tapi saya harus bangkit," tegasnya.

Adiknya, Decky, kemudian memutuskan keluar dari pekerjaannya di Jakarta untuk membantu sang kakak yang gigih berjuang. Akhirnya titik balik pun diperoleh pasangan kakak beradik itu. Toko mainan online yang diberi nama Unicorn Toys semakin banyak menarik pelanggan. Toko offline yang ada di rumahnya, Jalan Gedung Batu Utara 1 nomor 31, Semarang pun makin besar untuk menampung display.

"Dulu cuma di ruang tamu kecil dan memajang beberapa display saja. Sekarang kamar sebelah dijebol, ruang tamunya diperbesar," ujar Decky.

Kini Jonathan tidak lagi harus menyambut sendiri pelanggan yang datang ke rumahnya karena sudah mampu mempekerjakan 6 orang pegawai untuk berkomunikasi dan melayani pelanggannya. Unicorn Toys juga sudah membuka cabang di Yogyakarta sejak setahun lalu.

"Sekarang ada 6 pegawai, dulu mas Jo menerima tamu terus berkomunikasinya lewat tulisan di kertas," ujar Decky.

Usaha yang digeluti Jonathan dengan kegigihan itu kini membuahkan hasil. Tokonya kini dipercaya banyak pelanggan baik melalui situs www.unicorn-toys.com, situs e-commerce, atau toko fisik di Semarang dan Yogyakarta.

"Kita pelanggannya dari seluruh Indonesia, beberapa kali juga ke luar negeri seperti Malaysia atau Amerika," ujarnya.

Jonathan memang cukup jeli melihat potensi bisnis karena kini peminat Gundam terus bertambah. Hal itu karena Gundam tidak hanya menjadi mainan tapi juga diburu kolektor. Tokonya juga melengkapi dagangannya dengan action figure tokoh-tokoh anime yang banyak dicari pelanggan.

"Peminatnya sangat banyak dan cenderung terus bertambah. Kita memang masih fokus di online," kata Jonathan.

Menjadi sukses tidak berarti membuat Jonathan menjadi tinggi hati, ia sering kali menggelar bakti sosial ke sesama dengan mengatasnamakan Unicorn Toys. Kisah Jonathan membuktikan kalau kekurangan diri tidak menjadi halangan untuk sukses jika ditempuh dengan gigih. 



Sumber : detik

Follow Us :

About Ambar Syahputra Siregar

    Blogger Comment
    Facebook Comment