Waspadalah, Media Sosial bisa Menjadi Racun Kehidupan

G+





















Dunianews.Net, Jakarta - Awalnya, media sosial berfungsi sebagai jejaring pertemanan. Kini, media sosial lebih menyerupai alat untuk menunjukkan eksistensi diri dalam hal apapun.

“Kita jadi lebih mudah menikmatinya. Hanya lewat media sosial, kita jadi melihat seseorang lebih jelas sehingga mengerti dan memahami dengan jelas juga. Ini rentan membuat seseorang kecanduan,” kata Anggia Chrisanti, konselor dan terapis dari Biro Konsultasi Psikologi Westaria (@ig_giadc).

Tidak perlu bertemu atau berbicara langsung, seseorang bisa merasa paling tahu tentang sosok yang dilihatnya melalui media sosial. Mengetahui dia sedang apa, sedang merencanakan apa, pakai barang-barang apa saja, berhubungan dengan siapa, dan lain-lain.

Akan tetapi, Anggia menjelaskan, kecanduan tidak hanya dialami orang-orang yang melihat atau para penguntit tapi juga candu bagi mereka yang terus mem-posting semua aktivitasnya.


“Sayangnya, semua yang sifatnya visual diupayakan dikemas lebih menarik daripada aslinya. Kamera 360 atau B12 adalah salah satu contoh untuk mengedit wajah agar lebih cantik dan menarik untuk di-posting. Tentu tidak ada orang yang mau kelihatan jelek untuk dilihat banyak orang,” terang Anggia.

Sayangnya lagi, bukan hanya wajah yang ingin terlihat cantik dan menarik. Kehidupan pribadi pun bisa jadi juga dibentuk agar terlihat asyik dan sempurna. “Tidak apa-apa kalau memang benar sempurna kehidupannya. Namun akan menyedihkan jika aslinya ternyata tidak seasyik dan sesempurna itu,” ujar Anggia. "Jika ini sudah terjadi, maka patutlah kita lebih berhati-hati. Terjebak dalam dunia kepalsuan hanya membuat lelah.”

Berikut ini tanda-tanda kita mulai harus lebih berhati-hati bermain media sosial:

#Dalam satu jam berkali-kali membuka media sosial.
#Dalam satu hari bisa lebih dari satu kali posting, terutama dalam bentuk visual.
#Dalam sehari merasa wajib melihat-lihat atau mengintip akun orang-orang tertentu.
#Menjadikan apa yang dilihat di media sosial sebagai patokan dalam kehidupan (tempat makan, tempat nongkrong, tempat liburan, dan lain-lain). Pokoknya, semua mau seperti yang orang lain juga lakukan.


Sumber : Cantik ( Tempo)
Follow Us :

About Ambar Syahputra Siregar

    Blogger Comment
    Facebook Comment