Black Box Sukhoi Bakal Jadi Pengalaman Pertama bagi KNKT

G+

Jakarta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah beberapa kali menginvestigasi kecelakaan pesawat terbang. Sejak memiliki laboratorium, KNKT berusaha membaca sendiri black box pesawat yang mengalami musibah. Namun untuk membaca black box dari pesawat pabrikan Rusia, maka black box Sukhoi SuperJet 100 bakal menjadi pengalaman pertama bagi KNKT.

"Di sini iya. Baru sekali ini," ujar Ketua KNKT, Tatang Kurniadi, saat ditemui di kantor KNKT, Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta, Selasa (15/5/2012).

Selama ini KNKT hanya menyelidiki beberapa merek umum black box seperti L3 dan Honeywell dari Amerika dan SFIM dari Prancis. Nah, untuk black box Sukhoi SuperJet 100 belum diketahui merek dan asal pabrikan black box-nya. Kemudia black box itu nantinya dianalisa menggunakan software khusus yang dikeluarkan oleh pabriknya.

Menurut salah seorang analis di KNKT, Andreas, lamanya penelitian black box tergantung juga pada data frame manufaktur pesawat yang dimiliki KNKT. "Kalau yang dulu M-60 kan lama karena minta ke China. Kalau data framenya sudah ada, 2 minggu bisa selesai," terang Andreas.

Saat ini KNKT belum mendapat data frame Sukhoi SuperJet 100. Kalaupun nantinya data frame itu sudah didapat, maka butuh waktu juga untuk mengalihbahasakan.

"Seperti yang di M-60, kita alihbahasakan dari bahasa China ke Bahasa Inggris. Sukhoi nanti juga begitu," lanjut Andreas.

Menurut Tatang, dalam investigasi penyebab kecelakaan ini, tim dari Rusia akan memberikan bantuan. Sekitar 18-19 orang dari Indonesia akan bekerja sama dengan Rusia dalam menyelidiki penyebab kecelakaan.

Apakah bahasa tidak akan menjadi kendala? "Kan mereka pakai Bahasa Inggris. Masa negara besar nggak bisa Bahasa Inggris. Kemarin pakai translator kan karena mereka cinta sama bahasa mereka," terang Tatang.

Dia mengaku tidak pernah menghitung biaya saat membaca data di black box. Namun alat untuk membacanya memang mahal, sekitar US$ 800 ribu. Namun begitu, alat di Australia dan Singapura malah lebih mahallagi, sampai menyentuh angka jutaan dolar.

"Kecanggihannya yang beda," imbuh Tatang.

Hingga saat ini black box Sukhoi Super Jet 100 belum berada di tangan KNKT. Hal ini dikarenakan medan di Gunung Salak yang cukup sulit dijangkau. Meski demikian pihak produsen Sukhoi telah memberikan data manual pesawat.

"Kalau data frame memang belum, nanti secepatnya," ucap Tatang.

Terkait adanya parasut di dalam pesawat yang dibenarkan oleh anggoa tim KNKT Rusia, Tatang mengaku belum mendengarnya. Namun kemungkinan itu tetap ada, dengan pertimbangan agar lebih aman.

"Tapi mungkin saja, biar lebih aman, yang namanya survival kit. Tapi kalau untuk pilot loncat tidak mungkin. Nggak logic saja," kata dia.

Menurut dia, umumnya survival kit diletakkan di tempat yang tidak mengganggu. Misalnya saja di belakang kursi.

Sumber : detik.com
Follow Us :

About Ambar Syahputra Siregar

    Blogger Comment
    Facebook Comment