Sumut, Dunianews.net - Munculnya spesies baru lintah dan kutu di
Danau Toba baru-baru ini mengejutkan publik terutama pelaku wisata dan
pengunjung.
Populasi binatang yang hidup di peraiaran danau ini tergolong cepat
berkembang biak apabila memiliki sumber pakan yang menjamin kelangsungan
habitatnya.
Hal demikian disampaikan pemerhati Danau Toba asal Kota Siantar, Bona Pakpahan yang dimintai tanggapannya, Minggu (19/2/2017).
“Lintah ada dimana-mana dan perkembangannya dapat membesar jika ada
sumber pakan untuk dapat berkembang biak. Kotoran ternak merupakan
salah satu lintah dapat berkembang biak,” jelasnya kepada hetanews.
Menurut pria yang sering disapa Bang Bona ini, kotoran ternak ikan
yang sudah terakumulasi dalam jangka waktu lama dapat menjadi salah satu
indikator lahirnya spesies lintah dan kutu yang dapat ditemukan di
bebatuan di perairan pantai.
“Jika akumulasi kotoran sudah banyak dan karena adanya dekomposisi
mikroorganisma pada kotoran sehingga dapat menjadi salah satu
perkembanganbiakan lintah dengan cepat,” ujarnya.
Untuk mengurangi wabah lintah dan kutu di perairan danau tidak lah
mudah. Apalagi menggunakan obat-obatan, yang tentu saja dapat menggangu
organisme lain seperti ikan dan tumbuhan di dalam air.
Namun ada satu cara yang dapat mengurangi perkembangan air di dalam
lintah yakni mengurangi sumber pakan yang menbuat lintah tumbuh subur.
"Sulit untuk mematikan lintah dalam air, mau berapa banyak diperlukan
obatnya dan jika terlalu banyak dapat manggangu pertumbuhan organisme
lain seperti ikan dan lainnya. Caranya hanya dengan mengurangi
perkembangbiakan lintah. Dengan cara mengurangi sumber pakan yg membuat
lintah subur untuk berkembangbiak,” terang pria penggiat Ekosistem Farm
dan Pakan Organik ini.
Lintah tentu barang kali tidak terlalu berbahaya kepada manusia.
Apalagi hanya menempel dan menghisap darah dari tubuh manusia. Akan
tetapi hal itu lebih fatal jika lintah masuk ke dalam tubuh manusia
melalui mulut, kuping dan lubang dubur yang siap menelan nyawa seorang
manusia dengan cara perlahan-lahan. Lain lagi jika lintah berkumpul
dengan jumlah yang banyak, tentu orang merasa jijik dan takut lihatnya.
"Jika lintah hanya lengket di tubuh dan menghisap darah memang gatal
hanya dapat diobati dengan mudah. Lintah akan bahaya jika masuk ke
dalam tubuh manusia melalui mulut, kuping dan lubang dubur,” ucap Bona.
Lanjutnya, efek cuaca maupun iklim tidaklah terlalu besar pengaruhnya
dalam populasi lintah. Sebaliknya, efek dekomposisi bakteri pada
kotoran limbah (ternak ikan) itu lah yang menjadi pengaruh utama
populasi lintah.
“Efek cuaca tidak terlalu besar, yang ada dekomposisi bakteri
terhadap limbah atau kotoran yg dibuang langsung ke lingkungan.
Maksudnya yang paling besar adalah efek dari dekomposisi bakteri pada
kotoran limbah itu,” tuturnya.
Lanjut Bona, tidaklah benar jika menyalahkan organisme berkembang
biak secara cepat. Namun hal itu dipengaruhi lingkungan yang menyediakan
pakan untuk lintah dapat berkembang biak dengan cepat.
“Yah kalau sumber yang mengurangi percepatan perkembangbiakannya
kecil, maka lintah tidak akan dijumpai banyak. Mengapa perkembangan
lalat buah di perkebunan buah jeruk banyak apakah itu melihat musim juga
? kan tidak juga. Tidak mungkin lalat berkembang pesat kalau tidak ada
pakan yg membuat lalat bertelur banyak,” terangnya lagi.
Perkembangan lintah akan semakin banyak jika pakan untuk berkembang
biaknya tinggi. Pakan yang dimaksud adalah kotoran ternak (ikan) atau
limbah semacamnya yang berada di dalam Perairan Danau Toba.
Dirinya juga menyarankan agar seluruh masyarakat, terlebih kepada
yang sadar akan lingkungan alam Danau Toba, mulai belajar melakukan
pengamatan kecil kepada lingkungan sekitar (Danau Toba). Misalnya
mengamati limbah apa saja yang masuk ke dalam perairan danau nomor 1 di
Indonesia ini.
“Karena itu saya perlu melakukan pengecekan dan investigasi area apa
saja limbah kotoran yang dibuang langsung ke danau, Buat persentase
jumlah kotoran ternak apa yg paling banyak pada titik-titik tersebut.
Pengambilan sample setelah itu baru dapat diambil jawaban apa
penyebabnya,” jelas Design Peternakan Sapi Tanpa Limbah ini mengakhiri.
Sumber
Blogger Comment
Facebook Comment