Duterte Tak Yakin Akan Selesaikan Masa Jabatannya

G+


Jakarta, Dunianews.Net -- Selama ini dikenal sebagai sosok yang keras, kini Rodrigo Duterte mengaku sudah terlalu tua untuk mengemban tugas sebagai Presiden Filipina. Ia pun mengaku tidak mengetahui apakah ia dapat menyelesaikan sisa masa jabatannya.

"Saya tua. Ini adalah pesta terakhir saya. Setelah ini, usia saya 77. Saya tidak yakin apakah saya masih akan ada hingga akhir masa jabatan saya," ujar Duterte di hadapan warga Filipina di Phnom Penh, Kamboja, sebagaimana dikutip Inquirer, Kamis (15/12).

Duterte memang merupakan presiden terpilih paling tua dalam sejarah Filipina. Masa jabatannya akan berakhir pada 2022, ketika ia menginjak usia 77 tahun.

Mantan Wali Kota Davao ini pun mengakui bahwa ia sebenarnya tidak membutuhkan jabatan presiden di usia senjanya. Namun, pernyataan itu bukan berarti menyiratkan bahwa ia menyesal.

"Saya menyadari, saya tidak membutuhkan ini [jabatan presiden] dalam tahap kehidupan saya sekarang. Namun, saya menikmatinya. Salah satu penghiburan bagi saya adalah saya memiliki pekerjaan dan saya melakukan sesuatu yang benar," tutur Duterte.

Duterte kemudian menekankan bahwa ia tak memerlukan pengakuan dari pihak lain mengenai kinerjanya dalam memimpin. Namun, Duterte mengetahui bahwa ada beberapa pihak ingin melengserkannya dengan mempergunakan kontroversi yang ada.

Salah satu pihak itu adalah kubu "kuning" atau liberal dari pemerintahan. Kubu itu diwakili oleh Partai Liberal pimpinan mantan Presiden Filipina, Benigno Aquino, yang kalah dalam pemilu lalu.

Menurut Duterte, kubu kuning tidak akan pernah menerima kekalahan. Mereka akan menghalalkan segala cara untuk merebut kembali kemenangan yang sekarang berada di tangan kubu "merah" alias sayap kanan. Namun, kubu merah juga tak akan membiarkan Duterte dilengserkan.

"Sayap kanan akan membunuhmu jika melengserkan saya karena saya condong ke kanan. Saya anak dari orang tua yang miskin. Saya adalah presiden pertama yang condong ke kanan, tapi saya bukan anggota Partai Komunis," katanya.

Namun, Duterte sendiri mengaku tak takut jika ada gerakan yang ingin melengserkannya atau bahkan membunuhnya menggunakan dalih kampanye pemberantasan narkoba. Selama ini, Duterte kerap dikritik karena diduga melanggar hak asasi manusia dalam menerapkan kampanye tersebut.

Sejak Duterte mencanangkan kampanye tersebut tak lama setelah dilantik pada Juni lalu, setidaknya 5.000 tersangka pengedar narkoba tewas di tangan polisi tanpa proses peradilan yang jelas.

"Gulingkan saya atau lebih baik bunuh saya. Saya sudah mengalami migrain setiap hari. Tulang belakang saya juga sangat bermasalah. Penyakit ini benar-benar mengganggu," ucap Duterte.

Duterte kemudian mengeluh, sebenarnya para penasihat kesehatan kepresidenan sudah menyarankan operasi untuk mengobati penyakit tulang belakangnya.

Namun, istrinya yang merupakan mantan perawat di Amerika Serikat, menghalanginya karena menurutnya, kebanyakan operasi tulang belakang tak berjalan baik.

"Jika kalian melihat saya selalu tampil dengan sedih, saya sebenarnya sedang berusaha kuat untuk meredam sakit yang saya rasakan," tutur Duterte.

Duterte memang sudah beberapa kali mengeluhkan kondisi tubuhnya. Ia mengaku kerap mengonsumsi obat penahan rasa sakit Fentanyl. Obat itu biasa digunakan oleh pengidap kanker.

Sang presiden menampik rumor bahwa ia mengidap kanker. Namun, beberapa pihak kembali menyoroti efek samping dari obat tersebut yang meliputi mual, muntah, halusinasi, dan kejang.

Semua hal tersebut sempat menimbulkan pertanyaan mengenai kelayakan kondisi Duterte untuk menjabat sebagai presiden.

Menanggapi perdebatan tersebut, juru bicara kepresidenan Filipina, Ernesto Abella, menekankan bahwa kondisi kesehatan Duterte baik-baik saja.

Abella bahkan mengaku kagum karena di usia selanjut itu, Duterte masih kuat meladeni segala pertanyaan wartawan dan melakukan kunjungan luar negeri.


Sumber : CNN Indonesia
Follow Us :

About Ambar Syahputra Siregar

    Blogger Comment
    Facebook Comment