Delapan tahun kepemimpinan atau era pemerintahan Barack Obama, perekonomian negara tersebut dianggap mengalami kemunduran signifikan. Hal itu terlihat dari adanya peningkatan sebesar 0,1 persen jumlah pengangguran pada November kemarin.
Tingkat pengangguran juga berdetak sampai ke 4,7% dari 4,6% pada bulan November
Sehingga, para ekonom meramalkan bahwa Amerika diperkirakan akan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Tentunya itu semua sejalan dengan data yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja setempat mengenai rencana akan menambah jumlah lapangan pekerjaan sebanyak 156 ribu. Rilis tersebut dikeluarkan sebelum Obama meninggalkan Gedung Putih.
Tidak heran usai terpilih, Trump mulai membalut ambisinya ke dalam sebuah kebijakan untuk kembali membuat Amerika berjaya. Salah satunya mendorong para raksasa otomotif dunia untuk membuat pabrik di negaranya jika akan membuka pasar di sana. Itu merupakan upaya Trump untuk meningkatkan investasi otomotif di Amerika.
Trump tidak asal dalam membuat kebijakan, beberapa ancaman kepada setiap produsen otomotif turut disertakan. Misalnya, memberlakukan pajak super jika membangun pabrik di luar negaranya, dan kemudian melempar hasil produksinya ke Amerika.
Ubah Strategi
Ancaman Trump berdampak kepada produsen otomotif. Satu raksasa otomotif, yakni Ford memilih membuka pabrik di Amerika, pascaancaman yang diberikan oleh Trump. Padahal, Ford sendiri sudah mulai membuat pabrik produksi otomotif di Mexico.
Terbaru Trump juga memberi ancaman serupa kepada raksasa otomotif asal Jepang, Toyota, setelah sebelumnya berhasil mencegah Ford membuka pabrik di Mexico. Toyota sendiri sudah mengumumkan rencana pembangunan pabrik di April 2015. Pabrik tersebut akan dibangun di Mexico, dengan tujuan produksi Corolla yang memiliki kapasitas 200 ribu unit.
Komunukasi seorang Trump untuk tiap produsen otomotif cukup berdampak kepada rencana awal menekan angka pengangguran di negaranya. Rencana menambah lapangan pekerjaan di negara sendiri kian menemukan jalan, padahal masa baktinya baru jalan tiga bulan.
Strategi produsen otomotif untuk mengencangkan ikat pinggang pada biaya produksi harus berubah total, paska ancaman pajak super dari Trump. Barang tentu produsen otomotif harus mengeluarkan kocek lebih untuk biaya produksi jika benar mendirikan pabrik di Amerika, berbeda dengan negara lain seperti Mexico.
Melalui strateginya Trump tidak ingin agar negaranya kalah saing dalam bidang produksi. Seperti diberitakan oleh Reuters, pekerjaan pabrik Amerika Serikat turun sebanyak sepertiga. Sementara pekerjaan di Mexico, naik hampir lima kali lipat selama periode yang sama.
âMexico sekarang menyumbang 20 persen dari semua produksi kendaraan di Amerika Utara, dan telah menarik lebih dari USD24 miliar investasi otomotif sejak 2010,â menurut Ann Arbor, Pusat Riset Otomotif yang berbasis di Michigan.
Jika Toyota tidak membatalkan niatnya membangun pabrik di Mexico, dapat dipastikan kapasitas produksi otomotif Mexico akan tumbuh sebesar 50 persen dalam rentang waktu lima tahun ke depan. Otomatis, rencana menambah jumlah lapangan pekerjaan di Amerika pada pemerintahan Trump akan tersaingi Mexico.
Efek Ancaman Trump
Cuitan Trump melalui akun Twitternya berisi ancaman kepada tiap produsen otomotif yang menjadikan Amerika sebagai pasarnya langsung menuai respon. Respon terserbut lebih kepada pergerakan pasar.
Paska memperoleh ancaman, pada Jum'at (6/1) saham milik Toyota hampir tergelincir 2 persen di Tokyo. Sedangkan setelah tweet tersebut muncul, data dari Bursa Efek New York, American Depositary Receipts turun sebanyak 0,6 persen, pada USD120,44.
Presiden Toyota Akio Toyoda mengatakan pihaknya belum memiliki rencana seperti Ford, yang benar-benar hengkang dari Mexico. Toyota lebih memilih menunggu Trump yang baru akan dilantik pada 20 Januari mendatang sebelum memutuskan apakah akan membuat pengubahan.
âKami akan mempertimbangkan pilihan kami karena kami melihat kebijakan apa yang akan diadopsi oleh presiden,â ujar Akio.
Menurut Toyoda, pihaknya juga telah menjawab segala pertanyaan menyangkut kebijakan Trump terkait adanya pengubahan untuk pabrik produksi di Mexico, saat adanya pertemuan di Tokyo.
Tidak hanya Toyota, dampak negatif pada pergerakan pasar juga dirasa oleh GM. Saham milik GM langsung turun sekitar satu persen dalam perdagangan menjelang pasar dibuka, beberapa waktu lalu. Namun, kembali pulih ke angka positif dalam beberapa hari ke depan. Sementara Ford lebih memilih mengikuti aturan yang dibuat oleh Trump, setelah menuai ancaman tahun lalu akibat rencana memindahkan produksi mobil Focus ke Mexico.
Mungkin, dapat disimpulkan ancaman dari Trump jelas mempunyai makna tersendiri bagi masing-masing produsen otomotif dunia. Seakan-akan ancaman pajak super untuk kendaraan yang masuk ke Amerika, mengalahkan iming-iming biaya produksi miring jika tidak dilakukan di Amerika.
Namun, itulah Amerika Serikat. Keaadaan ekonomi memaksa AS untuk kembali membawa investasi ke tanah mereka, setelah sajauh ini tergerus oleh barang ekspor yang masuk.
Setidaknya, Trump akan kembali menghidupkan kebanggaan warga AS menggunakan atau memakai barang dengan label 'made in the USA'. Hal yang pernah dilakukan Joko Widodo untuk mencintai produk dalam negeri. Namun, apa yang dilakukan Trump jauh lebih masif.
Sumber : CNN Indonesia
Blogger Comment
Facebook Comment