YOGYAKARTA - Banyaknya akun palsu di medsos bisa jadi
karena pemabahan tentang internet sehat masih rendah. Diperlukan
literasi yang berkelanjutan untuk mencegah hal ini.
Dosen
Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) Raden Narayana Mahendra
Prastya menyebut media sosial (medsos) memang memilik sifat yang sangat
bebas. Kendali sepenuhnya berada di tangan penggunanya. Ini diperparah
dengan pendaftaran akun medsos sangat mudah dan bisa berisi identitas
palsu. Kondisi ini mengakibatkan banyaknya hoax yang beredar.
Meski
demikian, menurut Narayana masyarakat bisa bersama-sama mencegah hal
ini. Setiap medsos seperti facebook, twitter maupun youtube memiliki
mekanisme filter masing-masing. “Masyarakat dan publik bisa sama-sama
mengamati. Jika ada akun yang tidak benar kita bisa ramai-ramai
melaporkannya dengan mekanisme report spam agar akun tersebut ditutup,”
jelasnya.
Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap penggunaa
internet sehat harus juga didengungkan terus. Masyarakat harus diberikan
literasi yang cukup agar tidak mudah mempercayai hoax yang banyak
beredar di internet.
Narayana mengusulakan agar ada pendidikan
internet sejak dini yang dilakukan oleh pemerintah. “Sudah saatnya
pendidikan tentang internet sehat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan
dasar dan menengah dari kelas 1 hingga kelas 9,” terangnya.
Literasi
ini menurutnya lebih tepat dilakukan dibanding dengan melakukan
pembatasan misalnya dengan penggunaan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai
syarat membuka akun medsos. Literasi yang selama ini sudah dilakukan
masih terbatas oleh kalangan LSM dan kampus-kampus, sehingga belum bisa
dilakukan secara kontinyu.
“Saya kurang sependapat penggunaan
KTP untuk membatasi akun Medsos. Menurut saya yang lebih tepat adalah
dengan jalan literasi. Masukkan kurikulum pendidikan internet sehat
sejak dini, hal ini akan meminimalisir efek negative dari internet,”
terangnya.
Sumber : Sindonews.com
Blogger Comment
Facebook Comment