Soal Rusia, Trump Sulut Perang dengan Intelijen AS

G+

Jakarta, Dunianews.net - Presiden terpilih Donald Trump meningkatkan perseteruan dengan agen mata-mata AS pada Rabu (11/1), sembilan hari sebelum ia mengambil alih komando sebagai presiden, dengan menuduh praktik yang mengingatkan kepada Nazi Jerman.

Presiden dari Partai Republik ini mengatakan kebocoran dari komunitas intelijen menyebabkan beberapa media AS melaporkan klaim tidak berdasar bahwa ia berada pada posisi lemah dengan Rusia.

"Saya pikir itu memalukan, memalukan bahwa badan intelijen memperbolehkan informasi yang ternyata begitu palsu. Saya pikir itu memalukan, dan saya mengatakan bahwa itu sesuatu yang Nazi Jerman lakukan, "kata Trump seperti dilansir dari Reuters, Kamis (12/1).

Baca Juga : Dolar AS Keok, IHSG Berpeluang Menguat Terbatas

Namun, untuk pertama kalinya, Trump mengakui bahwa Rusia mungkin meretas Komite Nasional Partai Demokrat dan email dari para petinggi Partai Demokrat lainnya selama pemilihan presiden 2016.

Kendati demikian, ia mengatakan negara-negara lain juga meretas Amerika Serikat dan membela tujuannya untuk hubungan yang lebih baik dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Trump menyebut berkas yang membuat klaim tentang keberadaannya di Rusia sebagai "berita palsu" dan "barang palsu."

Adapun, komentar Trump berpotensi mengintensifkan ketegangan antara badan intelijen AS dan presiden terpilih, yang awalnya meremehkan kesimpulan mereka bahwa peretasan oleh pemerintah Rusia bertujuan untuk meningkatkan pencalonannya melawan Hillary Clinton.

Sementara, dua pejabat AS mengatakan pernyataan tentang Trump, yang satu disebut "tidak berdasar". Hal itu terdapat dalam memo dua halaman yang ditambahkan ke laporan gangguan Rusia di 2016 pemilu, yang disampaikan untuk Trump dan Obama pada minggu lalu.

Baca Juga : Dolar Melorot, Harga Minyak Menanjak 2,5 Persen



Sumber : CNN Indonesia

Follow Us :

About Ambar Syahputra Siregar

    Blogger Comment
    Facebook Comment