Labuhanbatu - Dusun Sungai Pinang (dahulu Kampung Labuhanbatu) yang berada tepatnya
tidak jauh dari pinggir Sungai Barumun diyakini menyimpan sejarah asal
muasal nama Labuhanbatu.
Desa itu dahulu disebut Kampung
Labuhanbatu tepatnya di seberang sungai Barumun. Namun kini Dusun yang
memiliki sejarah bagi Nama Kabupaten Labuhanbatu kondisinya masih cukup
terisolasi tidak seperti perkembangan desa lainnya.
Begitu juga Desa Sei Siarti sebagai pintu masuk menuju kampung Labuhanbatu masih cukup sederhana.
Uniknya,
meski dikelilingi perkebunan kelapa sawit milik perusahaan swasta dan
perkebunan milik pemerintah, justru udara gerah menyelimuti Desa Sei
Siarti dan juga kampung Labuhanbatu itu. Suasana kesejukan alam pedesaan
tidak terasa layaknya desa pada umumnya.
Sementara, perjalanan
menuju Desa Sei Siarti ini pun cukup memprihatikan. Karena tidak
ditemukan infrastruktur jalan aspal melainkan jalan tanah liat ditengah
perkebunan.
Sepanjang jalan, puluhan kilometer sejak dari
Jalinsum Negeri Lama hanya ada jalan perkebunan dengan timbunan tanah
liat. Dan sedikit terdapat pengerasan badan jalan dari batu dan kerikil.
Sehingga tak heran, jika hujan menerpa, jalananan itu bak
kubangan kerbau. Dan bila musim panas, pengendera harus rela menghirup
udara yang diselimuti debu yang beterbangan.
Memang jalan menuju
desa ini cukup sepi. Hanya Sesekali melintas kenderaan truk perkebunan
dan kenderaan warga yang memiliki keperluan diluar desa tersebut.
Tapi
siapa sangka, di salah satu dusun yang berada di seberang Sungai
Barumun (dahulu Kampung Labuhanbatu) itu, menyimpang sejarah asal muasal
nama Labuhanbatu.
Terbentuknya nama daerah Kabupaten Labuhanbatu memiliki cerita panjang di masa lalu yang tidak banyak diketahui orang.
Konon
menurut sejumlah tetua di sana, asal mula nama Labubanbatu berawal
dari sebuah pelabuhan kecil di daerah mereka yang terbuat dari tumpukan
bebatuan di Dusun Sungai Pinang, Kampung Labuhanbatu Kecamatan Panai
Tegah, Kabupaten Labuhanbatu.
Pelabuhan itu di sebut namanya
Labuhanbatu karena memiliki pondasi yang terdiri dari tumpukan batu,
kemudian dijadikan warga sebagai Pelabuhan.
Dari dusun terpencil
inilah diyakini warga sebagai awal mula terbentuknya nama besar
Kabupaten Labuhanbatu. Perlahan-lahan, kemudian pelabuhan tradisiosnsl
ini belakangan menjadi salah satu daerah pengawasan Belanda.
Termasuk
memantau alur transportasi air disepanjang Sungai Barumun yang diawasi
Belanda. Sedangkan di hilir Kampung Labuhanbatu Sungai Barumun itu
terdapat dua muara Sungai yaitu, Sungai Bilah dan Sungai Barumun.
Kedua aliran sungai itu kemudian mengalir ke pesisir pantai Labuhan Bilik dan berujung ke Selat Malaka.
Seperti
diketahui, Selat Malaka merupakan salah satu jalur perdagangan tersibuk
dimasa penjajahan Portugis dan Belanda hingga orang Belanda sering
menelusuri aliran Sungai Barumun untuk mengawasi pergerakan masyarakat.
Seiring waktu, pelabuhan tradisional yang terdapat tumpukan bebatuan itu
cukup di kenal dan masyarakat yang menyebutnya sebagai "Labuhanbatu".
Seiring
waktu, pelabuhan itu semakin tersohor dan menjadi salah satu lokasi
transit yang sempat digunakan penjajah Belanda untuk mengambil upeti
dari pedagang yang melintas mengangkut perdagangan melalui Sungai
Barumun menuju perkampungan di daerah ini.
Lama kelamaan
pelabuhan yang terdapat tumpukan batu itu menjadi awal napak tilas
terbentuknya asal nama besar Labuhanbatu. Belakangan menjadi nama
Kabupaten Labuhanbatu.
Namun tidak ada referensi yang jelas kapan digunakan pelabuhan itu sebagai jalur perdagangan di masa lalu.
"Dari
cerita kakek kami tidak diketahui secara pasti tahun berapa persisnya
Labuhanbatu itu mulai menjadi pelabuhan. Yang jelas cerita orang tua
kami, asal mula nama Kabupaten Labuhanbatu itu berasal dari sini," kata
Plt Kepala Desa Sei Siarti Muhammad Kenaikan Nasution saat menunjukkan
lokasi Labuhanbatu yang kini sudah tidak memiliki jejak sebagai
pelabuhan cukup tersohor di daerah itu.
Jika ditelusuri,
Labuhanbatu Dusun Sungai Pinang, Kampung Labuhanbatu Kecamatan Panai
Tegah itu tidak ada lagi jejak sebagai bukti sejarah adanya sebuah
Pelabuhan.
Kondisi banjir yang kerap melanda Sungai Barumun
membuat bibir sungai itu tergerus sedikitnya 10 meter per tahun. Akibat
itulah, kemudian penyebab hilangnya, jejak adanya pelabuhan di daerah
ini pada masa lalu.
Tetapi sekitar 500 meter dari lokasi
pelabuhan Labuhanbatu itu, terdapat sebuah kuburan panjangnya mencapai 3
meter lebih. Konon disebut warga setempat merupakan perwira tentara
Belanda yang bunuh diri.
Sayangnya, kedua lokasi itu tidak
pernah mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Kini semak belukar
mengelilingi kedua lokasi yang cukup bersejarah bagi nama besar awal
terbentuknya Kabupaten Labuhanbatu tersebut.
Bahkan akibat
minimnya perhatian penerintah daerah untuk membangun fasilitas umum di
perkampungan Labuhanbatu ini, warga tidak dapat bertahan disini.
Kini hanya sekitar 15 kk warga yang dapat bertahan hidup disana dengan cara bertani.
Betapa pentingnya nilai sejarah dalam perkembangan pradapan terbentuknya nama Kabupaten Labuhanbatu kesannya cukup terabaikan.
Karena
di sebuah dusun terpencil yang menjadi awal mula nama Labuhabatu itu,
belum ditemukan adanya upaya penerintah untuk dapat menjadikan daerah
ini memiliki sejarah.
Padahal, tidak hanya untuk Kabupaten Labuhanbatu, tetapi juga Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Ketiga kabupaten ini sebelum pemekaran terdiri dari satu wilayah yang
sama, sehingga kata Labuhanbatu berawal dari dusun yang berada dari
daerah yang berada diseberang Sungai Barumun itu.
Itu makanya, daerah asal muasal Kabuhanvatu ini cukup penting artinya bagi sejarah Labuhanbatu Raya.
Salah
seorang tokoh masyarakat dikampung Labuhanbatu (Dusun Sungai Pinang)
Abdul Muis Hasibuan, (34) menceritakan, daerah mereka inilah asal mula
nama Labuhanbatu yang kini sudah di mekarjan menjadi tiga Kabupaten.
"Dari
sinilah asal mula Labuhanbatu. Ini sudah saya disampaikan kepada dinas
Pariwisata Kabupaten Labuhanbatu. Kami sampaikan juga, disini lah dulu
ada pelabuhan dari susunan batu," ungkap.
Ia menyayangkan sikap
pemerintah daerah yang terlalu lambat merespons, jika daerah mereka
memiliki sejarah terbentuknya nama Kabupaten Labuhanbatu.
Justru
menurut Abdul Muis Hasibuan, sampai saat ini tidak pernah ada perhatian
pemerintah, sebab daerah itu dibiarkan tanpa memelihara jejak sejarah
yang ada.
Padahal, sudah seharusnya penerintah membuat miniatur
pelabuhan di daerah itu. Tentu hal hal itu dianggapnya dapat
menggambarkan pelabuhan yang terbuat dari tumpukan batu di masa lalu.
Jika
tidak ada perhatian penerintah daerah, maka ia menilai pemerintah telah
melupakan asal nama Labuhanbatu yang berasal dari daerah mereka.
Memang
setiap sidang paripurna yang dilaksanakan 17 Agustus, di petikan naskah
mengenang Kabupaten Labuhanbatu sering dibacakan secara administrasi
pada mulanya Pemerintahan Wilayah Labuhanbatu adalah merupakan bagian
dari wilayah Afdeling Asahan.
Pada masa itu, Afdeling dipimpin
oleh seorang Asisten Residen (Bupati). Sedangkan, Onder Afdeling
dipimpin oleh seorang Controleur (Wedana).
Controleur
Labuhanbatu pertama kali berkedudukan di Kampun Labuhanbatu, kemudian
tahun 1895 dipindahkan ke Labuhan Bilik, tahun 1924 dipindahkan ke
Marbau.
Selanjutnya, tahun 1928 dipindakan ke Aek Kota Batu dan
pada tahun 1932 dipindahkan ke Rantauprapat sampai Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan 17 Agustus 1945, kedudukan Controleur tetap
di Rantauprapat.
Namun bum pernah ditelusuri ulang jejak sejarah
asal nama Labuhanbatu. Jika pun terdapat simpang siur pendapat
Pemerintah daerah perlu melakukan pencaarian jejak Labuhanbatu berasal
dari mana.
Sukarno juga pernah berpesan Jangan Sekali-kali
Meninggalkan Sejarah atau disingkat "Jasmerah". Itu merupakan semboyan
yang terkenal yang diucapkan oleh Presiden Sukarno. Kiranya pencaharian
sejarah nama Labuhambatu perlu dilakukan berbagai pihak.
Sumber : Sindonews.com
Blogger Comment
Facebook Comment